Tautan-tautan Akses

Restriksi Baru Terkait COVID-19 Kejutkan Warga Shanghai


Seorang warga melihat ke luar melalui pembatas area perumahan selama lockdown, di tengah pandemi COVID-19, di Shanghai, China, 3 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Aly Song)
Seorang warga melihat ke luar melalui pembatas area perumahan selama lockdown, di tengah pandemi COVID-19, di Shanghai, China, 3 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Aly Song)

Pihak berwenang di Shanghai telah memperketat restriksi terhadap 26 juta warganya, terlepas dari penurunan stabil dalam kasus baru COVID-19.

Warga di beberapa lingkungan telah diberitahu secara tertulis bahwa mereka tidak diizinkan meninggalkan rumah atau menerima kirimkan sebagai bagian dari “periode tenang” yang akan berlangsung sedikitnya tiga hari. Restriksi baru ini mengejutkan warga, setelah untuk periode singkat diizinkan untuk bepergian di sekitar lingkungan mereka.

Ada juga pernyataan yang diunggah di situs-situs media sosial China mengenai warga yang secara paksa dipindahkan dari rumah mereka dan ditempatkan di hotel atau fasilitas karantina jika tetangga mereka dites positif terjangkit virus corona, selain catatan anekdot mengenai petugas kebersihan dalam pakaian pelindung lengkap memasuki apartemen-apartemen untuk mendisinfeksi tempat itu.

Seorang pekerja pengiriman berdiri di atas skuter melihat melewati penghalang di area perumahan tertutup selama penguncian, di tengah pandemi COVID-19, di Shanghai, China, 9 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Aly Song)
Seorang pekerja pengiriman berdiri di atas skuter melihat melewati penghalang di area perumahan tertutup selama penguncian, di tengah pandemi COVID-19, di Shanghai, China, 9 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Aly Song)

Seorang pejabat kota Shanghai mengukuhkan langkah itu dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, dengan mengatakan rumah warga di permukiman lama dengan dapur dan kamar mandi bersama akan didisinfeksi.

Tindakan ini mendorong munculnya surat terbuka yang diunggah di media sosial pada hari Minggu (8/5) oleh Tong Zhiwei, profesor hukum di East China University of Political Science and Law di Shanghai, dan Liu Dali, seorang pengacara perusahaan di Shanghai, yang mempertanyakan legalitas praktis semacam itu.

Hampir semua warga Shanghai telah berada di bawah perintah ketat selama enam pekan terakhir ini sementara para pejabat di pusat keuangan China itu bergulat menanggulangi wabah massal kasus baru COVID-19 yang sebagian besar dipicu oleh virus omicron yang sangat mudah menular. Lockdown telah menyebabkan keluhan marah mengenai kurangnya makanan segar dan obat-obatan di seluruh penjuru kota terbesar China itu.

Para pejabat melaporkan sekitar 3.000 kasus baru pada Senin (9/5), jauh di bawah puncaknya yang mencapai 26.000 yang tercatat pada pertengahan April.

Di tempat lain di China, Beijing, lebih jauh memperketat pembatasan terkait COVID-19 terhadap warga pada hari Senin (9/5), dengan melakukan lebih banyak lagi tes massal dan penutupan jalan sementara negara itu melanjutkan perjuangan melawan virus itu tanpa kompromi.

Warga di daerah-daerah yang paling terpukul di kota itu diminta untuk bekerja dari rumah sementara lebih banyak lagi jalan, kompleks perumahan dan taman ditutup sementara ibu kota berpenduduk 22 juta orang itu berjuang mengatasi wabah terburuknya sejak 2020.

China meningkatkan kebijakan ketat “nol-COVID” meskipun ini sangat mengacaukan kehidupan sehari-hari dan menyebabkan aktivitas ekonomi terhenti. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG