Perguruan tinggi Amerika menghadapi masalah bertubi-tubi di mana biaya kuliah melambung, peluang kerja bagi lulusan menyempit, dan pengusaha mengeluh karena tidak dapat menemukan cukup pekerja dengan keterampilan teknis penting.
Salah satu solusinya mungkin adalah lewat kelas online yang banyak, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Kelas-kelas online sekarang sudah banyak diajarkan oleh banyak universitas terkemuka. Kelas online ini juga menawarkan banyak subyek mulai dari program komputer sampai tata boga.
Banyak kelas seringkali gratis atau murah, dan diperbarui lebih cepat daripada kurikulum perguruan tinggi reguler.
Itu penting bagi jutaan siswa yang mempelajari keterampilan teknis dan keterampilan lainnya dari Lynda-dot-com. Salah seorang pendirinya, Lynda Weinman, berbicara kepada VOA melalui Skype.
"Kita bisa memasuki pasar dengan sangat cepat dan mengajarkan keterampilan sementara, sehingga banyak piranti lunak yang berubah terus-menerus dan piranti lunak baru yang diciptakan, dan hal-hal semacam itu tentu tidak bisa dengan mudah masuk ke dalam kurikulum perguruan tinggi," kata Linda.
Perbedaan lainnya - bukan profesor yang mengajar siswa, yang kemudian melakukan penelitian dan studinya sendiri. Tapi dalam kelas online justru sebaliknya, demikian menurut siswa dan blogger John Haber, yang mengambil beberapa kelas online guna meraih gelar sarjana dalam kurun waktu satu tahun. Biasanya hal itu membutuhkan waktu empat tahun.
John Haber mengatakan, "Para siswa mengikuti video kuliah di rumah, dan ketika mereka masuk kelas, mereka siap untuk berdiskusi lebih aktif, atau berinteraksi dengan guru atau mengerjakan tugas."
Para pakar mengatakan teknologi baru itu akan "berdampak besar" pada perguruan tinggi. Dan sebagian siswa memprediksi kelas-kelas berikutnya akan merupakan perpaduan antara kuliah online dan profesor yang mendampingi siswa secara langsung untuk mengatasi masalah yang sulit.
Ini merupakan perubahan yang disambut baik, menurut pakar ekonomi perburuhan Universitas Georgetown Tony Carnevale, yang mengatakan sekolah harus lebih murah dan lebih fokus pada keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
"Jelas bahwa semakin banyak orang membutuhkan pendidikan pasca-sarjana dan pelatihan, namun banyak dari mereka yang tidak mendapatkannya. Kalaupun dapat, itu tidak mengarah pada penciptaan lapangan kerja. Atau mengarah kepada pekerjaan di mana mereka tidak menggunakan bakat mereka sepenuhnya, dan kita tidak punya cukup uang untuk mengatasinya, sehingga efisiensi institusi program pasca sarjana sangat penting sekarang ini,” papar Carnevale.
Pakar pemasaran Chris Cullen, dari perusahaan Infinia, mengatakan persaingan dari alternatif online, dan keprihatinan tentang biaya, akan mengubah perguruan tinggi.
"Konsumen menuntut agar institusi pendidikan meyakinkan mereka mengapa mereka sebaiknya membayar uang kuliah di institusi itu. Apa manfaat dari investasi mereka?,” ujar Cullen.
Cullen mengatakan universitas-universitas terkemuka dengan reputasi yang kuat akan bisa berkembang di dunia online, tapi universitas yang kurang berprestasi dan kurang bergengsi mungkin kesulitan menarik siswa - dan uang kuliah mereka.
Salah satu solusinya mungkin adalah lewat kelas online yang banyak, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Kelas-kelas online sekarang sudah banyak diajarkan oleh banyak universitas terkemuka. Kelas online ini juga menawarkan banyak subyek mulai dari program komputer sampai tata boga.
Banyak kelas seringkali gratis atau murah, dan diperbarui lebih cepat daripada kurikulum perguruan tinggi reguler.
Itu penting bagi jutaan siswa yang mempelajari keterampilan teknis dan keterampilan lainnya dari Lynda-dot-com. Salah seorang pendirinya, Lynda Weinman, berbicara kepada VOA melalui Skype.
"Kita bisa memasuki pasar dengan sangat cepat dan mengajarkan keterampilan sementara, sehingga banyak piranti lunak yang berubah terus-menerus dan piranti lunak baru yang diciptakan, dan hal-hal semacam itu tentu tidak bisa dengan mudah masuk ke dalam kurikulum perguruan tinggi," kata Linda.
Perbedaan lainnya - bukan profesor yang mengajar siswa, yang kemudian melakukan penelitian dan studinya sendiri. Tapi dalam kelas online justru sebaliknya, demikian menurut siswa dan blogger John Haber, yang mengambil beberapa kelas online guna meraih gelar sarjana dalam kurun waktu satu tahun. Biasanya hal itu membutuhkan waktu empat tahun.
John Haber mengatakan, "Para siswa mengikuti video kuliah di rumah, dan ketika mereka masuk kelas, mereka siap untuk berdiskusi lebih aktif, atau berinteraksi dengan guru atau mengerjakan tugas."
Para pakar mengatakan teknologi baru itu akan "berdampak besar" pada perguruan tinggi. Dan sebagian siswa memprediksi kelas-kelas berikutnya akan merupakan perpaduan antara kuliah online dan profesor yang mendampingi siswa secara langsung untuk mengatasi masalah yang sulit.
Ini merupakan perubahan yang disambut baik, menurut pakar ekonomi perburuhan Universitas Georgetown Tony Carnevale, yang mengatakan sekolah harus lebih murah dan lebih fokus pada keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
"Jelas bahwa semakin banyak orang membutuhkan pendidikan pasca-sarjana dan pelatihan, namun banyak dari mereka yang tidak mendapatkannya. Kalaupun dapat, itu tidak mengarah pada penciptaan lapangan kerja. Atau mengarah kepada pekerjaan di mana mereka tidak menggunakan bakat mereka sepenuhnya, dan kita tidak punya cukup uang untuk mengatasinya, sehingga efisiensi institusi program pasca sarjana sangat penting sekarang ini,” papar Carnevale.
Pakar pemasaran Chris Cullen, dari perusahaan Infinia, mengatakan persaingan dari alternatif online, dan keprihatinan tentang biaya, akan mengubah perguruan tinggi.
"Konsumen menuntut agar institusi pendidikan meyakinkan mereka mengapa mereka sebaiknya membayar uang kuliah di institusi itu. Apa manfaat dari investasi mereka?,” ujar Cullen.
Cullen mengatakan universitas-universitas terkemuka dengan reputasi yang kuat akan bisa berkembang di dunia online, tapi universitas yang kurang berprestasi dan kurang bergengsi mungkin kesulitan menarik siswa - dan uang kuliah mereka.