WASHINGTON —
Guru-guru mengatakan, zaman digital mempunyai pengaruh baik dan kurang baik pada generasi remaja belasan tahun Amerika. Lebih dari 2.000 guru SMP dan SMA mengikuti survei online melalui internet. Para peneliti juga berbicara dengan guru-guru dalam kelompok-kelompok inti.
Tujuh puluh lima persen guru mengatakan, internet dan mesin-mesin pencari digital mempunyai pengaruh yang “pada umumnya positif” pada kebiasaan dan keterampilan siswa-siswa mereka dalam melakukan penelitian. Tetapi, 87 persen guru sepakat bahwa teknologi ini menciptakan generasi yang “sulit berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang pendek”. Enam puluh empat persen mengatakan, teknologi ini “mengurangi konsentrasi murid-murid dan bukannya membantu mereka secara akademis”.
Banyak siswa berpikiran bahwa “melakukan penelitian” berarti hanya mencari informasi cepat lewat Google.
Proyek Internet PEW melakukan survei itu bersama College Board dan National Writing Project. Kebanyakan guru memberi pelajaran pada murid-murid yang masuk kelas khusus yang disebut Advanced Placement atau Penempatan Tingkat Lanjut, dan memberi pelajaran tingkat perguruan tinggi bagi siswa-siswa SMA.
Judy Buchanan, Wakil Direktur National Writing Project dan salah seorang penulis laporan tersebut, mengatakan, peralatan riset digital membantu siswa lebih banyak dan lebih cepat belajar.
“Guru-guru sangat senang dengan alat-alat ini karena membuat belajar menyenangkan dan mengasyikkan. Remaja menyukai alat-alat ini. Tetapi, tujuannya adalah membantu mereka membuat tulisan yang penuh arti, bukan hanya untuk sekedar pengetahuan untuk diri sendiri”.
Satu masalah lain yang didapati survei itu adalah banyak murid tidak mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, mereka sangat percaya pada informasi yang mereka dapatkan di internet.
Buchanan mengatakan siswa-siswa ini tidak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menilai mutu informasi di internet. “Banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana mengetahui sumber-sumber yang dapat dipercaya. Ini sesuatu yang harus diajarkan dan diperhatikan.
Seperti juga hal-hal lain di dunia, di mana sesuatu bisa terjadi dengan cepat, kita perlu memiliki cara untuk menilai kembali, memikirkan, dan menganalisis informasi yang kita peroleh. Para guru bisa mengajarkan hal itu”.
Persoalan lain yang ditemukan dalam survei tersebut adalah cepatnya menemukan informasi di internet. Para guru mengatakan, akibatnya adalah berkurangnya minat dan kemampuan murid untuk bekerja keras mencari jawaban yang tepat. Mereka mengatakan, para siswa terlalu tergantung pada mesin pencari atau internet dan tidak menggunakan cukup banyak buku-buku atau mencari bahan-bahan di perpustakaan.
Banyak guru juga khawatir bahwa internet memudahkan murid-murid untuk menyalin atau mengutip karya orang lain, bukannya menggunakan kemampuan mereka sendiri.
Tujuh puluh lima persen guru mengatakan, internet dan mesin-mesin pencari digital mempunyai pengaruh yang “pada umumnya positif” pada kebiasaan dan keterampilan siswa-siswa mereka dalam melakukan penelitian. Tetapi, 87 persen guru sepakat bahwa teknologi ini menciptakan generasi yang “sulit berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang pendek”. Enam puluh empat persen mengatakan, teknologi ini “mengurangi konsentrasi murid-murid dan bukannya membantu mereka secara akademis”.
Banyak siswa berpikiran bahwa “melakukan penelitian” berarti hanya mencari informasi cepat lewat Google.
Proyek Internet PEW melakukan survei itu bersama College Board dan National Writing Project. Kebanyakan guru memberi pelajaran pada murid-murid yang masuk kelas khusus yang disebut Advanced Placement atau Penempatan Tingkat Lanjut, dan memberi pelajaran tingkat perguruan tinggi bagi siswa-siswa SMA.
Judy Buchanan, Wakil Direktur National Writing Project dan salah seorang penulis laporan tersebut, mengatakan, peralatan riset digital membantu siswa lebih banyak dan lebih cepat belajar.
“Guru-guru sangat senang dengan alat-alat ini karena membuat belajar menyenangkan dan mengasyikkan. Remaja menyukai alat-alat ini. Tetapi, tujuannya adalah membantu mereka membuat tulisan yang penuh arti, bukan hanya untuk sekedar pengetahuan untuk diri sendiri”.
Satu masalah lain yang didapati survei itu adalah banyak murid tidak mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, mereka sangat percaya pada informasi yang mereka dapatkan di internet.
Buchanan mengatakan siswa-siswa ini tidak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menilai mutu informasi di internet. “Banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana mengetahui sumber-sumber yang dapat dipercaya. Ini sesuatu yang harus diajarkan dan diperhatikan.
Seperti juga hal-hal lain di dunia, di mana sesuatu bisa terjadi dengan cepat, kita perlu memiliki cara untuk menilai kembali, memikirkan, dan menganalisis informasi yang kita peroleh. Para guru bisa mengajarkan hal itu”.
Persoalan lain yang ditemukan dalam survei tersebut adalah cepatnya menemukan informasi di internet. Para guru mengatakan, akibatnya adalah berkurangnya minat dan kemampuan murid untuk bekerja keras mencari jawaban yang tepat. Mereka mengatakan, para siswa terlalu tergantung pada mesin pencari atau internet dan tidak menggunakan cukup banyak buku-buku atau mencari bahan-bahan di perpustakaan.
Banyak guru juga khawatir bahwa internet memudahkan murid-murid untuk menyalin atau mengutip karya orang lain, bukannya menggunakan kemampuan mereka sendiri.