Ribuan orang di Aceh, Kamis (26/12), melangsungkan doa bersama untuk memperingati 15 tahun bencana Tsunami di provinsi itu – salah satu bencana terburuk dalam sejarah moderen.
Para penyintas dan keluarga para korban terlihat berurai air mata sewaktu menghadiri berbagai kegiatan keagamaan dan upacara-upacara peringatan bencana itu. Toko-toko dan kantor-kantor tutup, kapal-kapal tidak diizinkan berlayar dan bendera Merah Putih dikibarkan setengah tiang di berbagai penjuru Aceh pada hari Kamis (26/12) dan Jumat (27/12).
Bencana tsunami pada 26 Desember 2004 dipicu oleh gempa berkekuatan 9,1 SR di lepas pantai Sumatara. Ombak raksasa itu menewaskan sekitar 230.000 orang di belasan negara hingga sejauh Afrika Timur. Provinsi Aceh, yang paling dekat dengan pusat gempa, mengalami akibat terburuk, di mana lebih dari 170.000 tewas – atau sekitar tiga perempat dari total korban tewas secara keseluruhan.
Peringatan tsunami di Aceh, Kamis (26/12), berlangsung empat hari setelah peringatan bencana tsunami Selat Sunda, tahun lalu, menyusul ledakan dan runtuhnya sebagain gunung Anak Krakatau. Tsunami itu menghantam kawasan-kawasan pantai di provinsi Banten, beberapa wilayah Sumatera Selatan, serta mengakibatkan lebih dari 400 orang tewas dan 14.000 lainnya cedera. [ab/uh]