Tautan-tautan Akses

Rombongan Migran di Selatan Meksiko Bertolak Menuju AS


Rombongan migran berjalan menuju perbatasan utara Meksiko dari negara bagian Tapachula, pada 5 November 2024. (Foto: Reuters/Daniel Becerril)
Rombongan migran berjalan menuju perbatasan utara Meksiko dari negara bagian Tapachula, pada 5 November 2024. (Foto: Reuters/Daniel Becerril)

Rombongan yang terdiri dari sekitar 3.000 migran pada Selasa (5/11) berangkat dari bagian selatan Meksiko menuju Amerika Serikat, pada hari di mana pemilih AS memutuskan pilihan antara kandidat presiden Kamala Harris dan Donald Trump. Imigrasi telah menjadi isu penting dalam kampanye pemilihan AS.

Sebelum bergerak menuju ke arah utara, para migran berkumpul di Tapachula, ibu kota negara bagian Chiapas. Mereka membawa spanduk dengan pesan-pesan yang bertuliskan seperti “TIDAK ADA LAGI DARAH MIGRAN” dan gambar-gambar Perawan Guadalupe, simbol budaya dan keagamaan penting di Meksiko, kata para saksi mata kepada Reuters.

“Kami ingin pihak berwenang AS melihat kami, melihat bahwa kami adalah orang-orang yang ingin bekerja, bukan untuk menyakiti siapa pun,” kata seorang migran Honduras, Roy Murillo, yang bergabung dengan rombongan itu bersama dua anak dan istrinya yang sedang hamil.

Dalam beberapa tahun ini, beberapa rombongan migran yang berharap dapat memasuki AS telah berupaya mencapai perbatasan AS-Meksiko, bepergian dalam kelompok-kelompok besar demi keselamatan mereka. Sebagian besar bubar dalam perjalanan itu.

“Saya takut bepergian sendirian dengan keluarga saya. Di sini, kartel menculik atau membunuh kita ... Itu sebabnya kami datang dalam rombongan besar,” kata Murillo.

Murillo menceritakan mengenai upayanya yang gagal untuk mendapatkan janji suaka melalui sebuah aplikasi ponsel yang dikembangkan badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

Tapachula, titik penyeberangan wajib bagi puluhan ribu migran, telah menjadi salah satu kota paling dipenuhi kekerasan di Meksiko dalam beberapa bulan terakhir, dengan para migran kerap menjadi sasaran kejahatan terorganisir, menurut data resmi.

“Saya merasa terhimpit di sini. Itu sebabnya kami memutuskan untuk pergi,” kata migran berusia 28 tahun asal Venezuela, Thais, yang berbicara dengan syarat nama keluarganya tidak disebut karena alasan keamanan.

Ia bergabung dengan rombongan itu bersama suami dan putrinya yang berusia 3 tahun.

“Saya berharap Trump dan Kamala melihat kami adalah manusia, bahwa kami ingin hidup dan mendukung keluarga kami,” lanjutnya.

Para pemilih memberikan suara pada hari Selasa dalam persaingan antara wakil Presiden Harris, kandidat Partai Demokrat yang berupaya menjadi perempuan pertama yang menjadi presiden AS, dan Trump, kandidat partai Republik yang bersikap keras dalam soal imigran yang ingin kembali menduduki kursi kepresidenan. [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG