Setelah melancarkan upaya untuk meraih suara komunitas Hispanik, kini kedua kandidat dalam pemilu presiden Amerika bersaing untuk memperebutkan suara pemilih Yahudi.
Bakal calon presiden dari Partai Republik Mitt Romney akhir Juli ini akan berkunjung ke Israel untuk memperoleh kepercayaan dan dukungan atas kebijakan luar negerinya, sambil sekaligus menarik dukungan dari para pemilih Yahudi di Amerika yang secara tradisional mendukung Partai Demokrat.
Mitt Romney menuding Presiden Barack Obama membahayakan hubungan Amerika dan Israel, karena mendesak Israel untuk membuat konsesi dengan Palestina. Presiden Obama memang menimbulkan kemarahan Israel setahun lalu ketika ia memenuhi harapan warga Palestina sejak lama, yaitu agar garis perbatasan Tepi Barat dan Jalur Gaza sekarang disesuaikan dengan garis perbatasan sebelum perang tahun 1967, ketika Israel merebut kedua wilayah itu dan Yerusalem Timur.
Hubungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Barack Obama memang pasang surut. Selain soal Palestina, pemimpin sayap kanan Israel juga telah ditekan untuk tidak mengambil tindakan militer sepihak atas fasilitas-fasilitas nuklir Iran yang diduga merupakan bagian dari proyek untuk memproduksi senjata nuklir.
Dalam pidato di hadapan Koalisi Yahudi bulan Desember lalu, Mitt Romney mengatakan Presiden Obama telah mengusulkan agar Israel mengadopsi “garis perbatasan yang tidak dapat dipertahankan” dan “tidak tegas dalam menghadapi Iran yang mungkin punya senjata nuklir”.
Menjelang pemilu tahun 2008 lalu, Barack Obama dan calon presiden dari Partai Republik John McCain juga menyempatkan diri berkunjung ke Israel. Beberapa hasil diskusi mereka dengan para pejabat Israel kala itu menjadi bahan perdebatan pemilu presiden 2008. Selain ke Israel, Obama yang dipandang masih belum berpengalaman juga mengunjungi Yordania, Israel dan wilayah Palestina. Ketika itu Presiden Obama berjanji untuk bekerja “begitu ia diambil sumpah jabatan untuk mencari beberapa terobosan” dalam hubungan Israel-Palestina, tantangan yang menyulitkan presiden-presiden Amerika selama puluhan tahun.
Meskipun Presiden Barack Obama meraih 70 persen suara pemilih Yahudi pada tahun 2008, namun menurut beberapa jajak pendapat tim kampanye Mitt Romney melihat celah untuk merebut suara tersebut, karena kekecewaan komunitas Yahudi atas kemunduran dalam beberapa kebijakan tentang Israel.
Mitt Romney juga memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena pernah bekerjasama dalam Kelompok Konsultasi Boston dalam pertengahan tahun 1970an.
Harian New York Times melaporkan, selain bertemu dengan Benjamin Netanyahu, Mitt Romney juga akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Israel Shimon Peres, Perdana Menteri Otorita Palestina Salam Fayyad, Duta Besar Amerika Untuk Israel Dan Shapiro dan para pemimpin kelompok oposisi Partai Buruh.
Selain ke Israel, Mitt Romney juga akan berkunjung ke London – Inggris untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade. Kampanyenya kerap menyebut keberhasilan kepemimpinan Mitt Romney dalam Olimpiade Musim Dingin di Salt Lake City tahun 2002.
Bakal calon presiden dari Partai Republik Mitt Romney akhir Juli ini akan berkunjung ke Israel untuk memperoleh kepercayaan dan dukungan atas kebijakan luar negerinya, sambil sekaligus menarik dukungan dari para pemilih Yahudi di Amerika yang secara tradisional mendukung Partai Demokrat.
Mitt Romney menuding Presiden Barack Obama membahayakan hubungan Amerika dan Israel, karena mendesak Israel untuk membuat konsesi dengan Palestina. Presiden Obama memang menimbulkan kemarahan Israel setahun lalu ketika ia memenuhi harapan warga Palestina sejak lama, yaitu agar garis perbatasan Tepi Barat dan Jalur Gaza sekarang disesuaikan dengan garis perbatasan sebelum perang tahun 1967, ketika Israel merebut kedua wilayah itu dan Yerusalem Timur.
Hubungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Barack Obama memang pasang surut. Selain soal Palestina, pemimpin sayap kanan Israel juga telah ditekan untuk tidak mengambil tindakan militer sepihak atas fasilitas-fasilitas nuklir Iran yang diduga merupakan bagian dari proyek untuk memproduksi senjata nuklir.
Dalam pidato di hadapan Koalisi Yahudi bulan Desember lalu, Mitt Romney mengatakan Presiden Obama telah mengusulkan agar Israel mengadopsi “garis perbatasan yang tidak dapat dipertahankan” dan “tidak tegas dalam menghadapi Iran yang mungkin punya senjata nuklir”.
Menjelang pemilu tahun 2008 lalu, Barack Obama dan calon presiden dari Partai Republik John McCain juga menyempatkan diri berkunjung ke Israel. Beberapa hasil diskusi mereka dengan para pejabat Israel kala itu menjadi bahan perdebatan pemilu presiden 2008. Selain ke Israel, Obama yang dipandang masih belum berpengalaman juga mengunjungi Yordania, Israel dan wilayah Palestina. Ketika itu Presiden Obama berjanji untuk bekerja “begitu ia diambil sumpah jabatan untuk mencari beberapa terobosan” dalam hubungan Israel-Palestina, tantangan yang menyulitkan presiden-presiden Amerika selama puluhan tahun.
Meskipun Presiden Barack Obama meraih 70 persen suara pemilih Yahudi pada tahun 2008, namun menurut beberapa jajak pendapat tim kampanye Mitt Romney melihat celah untuk merebut suara tersebut, karena kekecewaan komunitas Yahudi atas kemunduran dalam beberapa kebijakan tentang Israel.
Mitt Romney juga memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena pernah bekerjasama dalam Kelompok Konsultasi Boston dalam pertengahan tahun 1970an.
Harian New York Times melaporkan, selain bertemu dengan Benjamin Netanyahu, Mitt Romney juga akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Israel Shimon Peres, Perdana Menteri Otorita Palestina Salam Fayyad, Duta Besar Amerika Untuk Israel Dan Shapiro dan para pemimpin kelompok oposisi Partai Buruh.
Selain ke Israel, Mitt Romney juga akan berkunjung ke London – Inggris untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade. Kampanyenya kerap menyebut keberhasilan kepemimpinan Mitt Romney dalam Olimpiade Musim Dingin di Salt Lake City tahun 2002.