Pihak berwenang Rusia mengadakan pemilihan lokal akhir pekan ini di wilayah-wilayah pendudukannya di Ukraina dalam upaya untuk memperketat cengkeramannya atas wilayah-wilayah yang dianeksasi secara ilegal oleh Moskow setahun lalu dan masih belum sepenuhnya dikuasai.
Pemungutan suara untuk badan legislatif yang dibentuk Rusia di wilayah-wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia telah dimulai dan berakhir pada hari Minggu. Pemilihan itu sendiri telah dikecam oleh Kyiv dan negara-negara Barat.
“Ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional, yang terus diabaikan oleh Rusia,” kata Dewan Eropa, badan hak asasi manusia terkemuka di benua itu, minggu ini.
Kyiv juga menyuarakan sentimen serupa, dengan parlemennya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemungutan suara di wilayah-wilayah di mana Rusia “melakukan permusuhan aktif” menimbulkan ancaman bagi kehidupan warga Ukraina. Para pejabat Ukraina telah mendesak negara-negara lain untuk tidak mengakui hasil pemungutan suara tersebut, yang oleh Kementerian Luar Negeri Ukraina disebut sebagai “pemilu palsu”.
Bagi Rusia – yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina 18 bulan lalu – penting untuk melanjutkan pemungutan suara itu untuk mempertahankan ilusi keadaan normal, meskipun faktanya Kremlin tidak memiliki kendali penuh atas wilayah-wilayah yang dianeksasi, kata analis politik Abbas Gallyamov.
“Pihak berwenang Rusia berusaha keras untuk berpura-pura bahwa semuanya berjalan sesuai rencana, semuanya baik-baik saja. Dan jika semuanya berjalan sesuai rencana, maka proses politik harus berjalan sesuai rencana,” kata Gallyamov, yang bekerja sebagai penulis pidato Presiden Rusia Vladimir Putin ketika Putin menjabat sebagai perdana menteri.
Pada pemilihan kali ini, warga di wilayah-wilayah pendudukan memilih para anggota legislatif daerah, yang pada gilirannya akan menunjuk gubernur daerah. Di provinsi Donetsk dan Luhansk, ribuan kandidat juga bersaing memperebutkan kursi di puluhan dewan lokal.
Pesaing utama dalam pemilu ini adalah Rusia Bersatu, partainya Putin yang mendominasi politik Rusia, meskipun partai-partai lain, seperti Partai Komunis dan partai nasionalis Demokrat Liberal, juga ikut serta dalam pemilu.
Bagi sebagian penduduk wilayah Donetsk dan Luhansk, yang sebagian besar wilayahnya dikuasai oleh kelompok separatis dukungan Rusia sejak tahun 2014, pemungutan suara kali ini adalah hal yang wajar.
“Selama sembilan tahun terakhir, kami telah berusaha untuk lebih dekat dengan Rusia, dan para politisi Rusia sangat kami kenal,” kata Sergei, seorang warga kota Luhansk yang diduduki, kepada kantor berita Associated Press. Ia meminta agar nama belakangnya dirahasiakan demi alasan keamanan.
“Kami berbicara bahasa Rusia dan sudah lama merasa menjadi bagian dari Rusia, dan pemilu ini hanya menegaskan hal itu,” katanya.
Beberapa pemilih di Donetsk memiliki sentimen yang sama dengan Sergei, dan mengungkapkan kecintaannya pada Rusia dan mengatakan mereka ingin menjadi bagian darinya.
Gambaran tampak lebih suram di Kherson dan Zaporizhzhia. Penduduk setempat dan aktivis Ukraina mengatakan para petugas pemungutan suara melakukan kunjungan ke rumah-rumah dengan ditemani oleh militer bersenjata, dan sebagian besar pemilih hanya mengetahui sedikit tentang para kandidat tersebut. Hingga setengah dari jumlah kandidat tersebut dilaporkan berasal dari Rusia – termasuk daerah terpencil di Siberia dan timur jauh.
“Dalam kebanyakan kasus, kami tidak mengenal kandidat-kandidat Rusia ini, dan kami bahkan tidak berusaha mencari tahu,” kata Konstantin, yang saat ini tinggal di wilayah Kherson di tepi timur sungai Dnieper yang dikuasai Rusia.
Hanya menggunakan nama depannya untuk alasan keamanan, Konstantin mengatakan dalam sebuah wawancara telepon bahwa papan reklame yang mengiklankan partai politik Rusia bermunculan di sepanjang jalan raya, dan para pekerja kampanye telah diangkut dengan bus menjelang pemungutan suara. [ab/lt]
Forum