Rusia ingin melakukan latihan gabungan bersama Filipina untuk membantu memerangi terorisme dan perompakan, mengirim dua kapal perang ke Manila sebagai kontak pertama antara angkatan laut kedua negara, sementara Presiden Rodrigo Duterte menggeser persahabatan dari Amerika ke Rusia.
Menurut Laksamana Muda Eduard Mikhailov, komandan Flotilla Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia, kapal anti-kapal selam Laksamana Tributs, dan kapal bahan bakar Boris Butoma, tiba Selasa malam dalam kunjungan persahabatan empat hari, dengan awak kedua kapal dijadwalkan memeragakan kemampuan anti-terorisme dan melakukan perundingan.
Dalam jumpa pers, Mikhailov mengatakan pemerintah Rusia dan Filipina akan membahas kemungkinan latihan gabungan, dan menambahkan bahwa Rusia telah melakukan latihan gabungan dengan Angkatan Laut Indonesia.
Masalah terbesar di dunia sekarang ini, kata Mikhailov, adalah terorisme dan perompakan dan dalam semua latihan gabungan yang dilakukan dengan Angkatan Laut Rusia kedua pihak akan saling memeragakan apa yang dapat mereka lakukan dalam memerangi terorisme dan perompakan.
Juru bicara Angkatan Laut Filipina mengatakan kepada wartawan bahwa ini adalah interaksi pertama dengan Angkatan Laut Rusia, musuh bebuyutan bekas penjajah yang sekarang menjadi sekutu terdekat Filipina di kawasan, Amerika Serikat.
Amerika dan Filipina melakukan latihan gabungan tahanan secara rutin namun Duterte telah memerintahkan kepada Kementerian Pertahanan agar mengubah format latihan dengan Angkatan Laut Amerika, dan memindahkan lokasinya dari Laut Cina Selatan dalam upaya memperbaiki hubungan dengan Tiongkok.
Mikhailov mengatakan pihaknya bersedia membantu melatih Filipina untuk memerangi perompakan dan terorisme dan berharap menjalin hubungan keamanan yang lebih kuat di kawasan.
Filipina gagal mencegah militan Islamis menculik para awak kapal tunda dan warga asing yang berlayar dengan kapal mewah di perbatasan laut selatan dengan Indonesia dan Malaysia.
Aby Sayyaf, kelompok militan Islamis kecil tetapi ganas yang terkait dengan al-Qaeda dan telah menyatakan sumpah setia kepada ISIS,menyandera seorang wisatawan Jerman dan 10 ABK Indonesia dan Malaysia. Seorang warga Belanda dan Jepang juga disandera.
Bulan lalu, Presiden Duterte mengirim menteri luar negeri dan pertahanan ke Moskow untuk menjajaki kemungkinan pembelian senjata setelah seorang Senator Amerika mengatakan akan memblok penjualan 25 ribu senapan serbu ke Filipina terkait keprihatinan mengenai jumlah korban yang terus meningkat dalam perang melawan narkoba di Filipina.
Lebih dari enam ribu orang telah dibunuh dalam tindakan anti-narkoba sejak Duterte dilantik tanggal 30 Juni. Sepertiga dari korban tewas dalam operasi dimana dicurigai ada pedagang narkoba dan pengguna narkoba yang melawan ketika hendak ditangkap. Dua pertiga lainnya termasuk dalam klafisikasi di bawah penyidikan, dan banyak diantaranya diduga dibunuh orang yang bukan pihak berwenang, yang disebut vigilante. (ds)