Rusia hari Selasa (20/8) mengkritik Amerika Serikat, karena menguji coba rudal darat yang hingga tiga pekan silam masih dilarang berdasarkan perjanjian senjata antara kedua negara.
“Amerika Serikat jelas telah melakukan tindakan yang memperuncing ketegangan militer,” kata Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, sebut kantor berita resmi TASS.
Ryabkov mengatakan Rusia tidak akan terlibat dalam “perlombaan senjata yang mahal.”
Rudal yang diluncurkan hari Minggu di Pulau San Nicolas, California itu, “secara akurat mempengaruhi targetnya setelah terbang lebih dari 500 kilometer,” sebut Pentagon dalam suatu pernyataan.
“Data yang dikumpulkan dan pelajaran yang diperoleh dari tes ini akan menjadi informasi bagi pembangunan kemampuan senjata jarak menengah pada masa depan oleh Departemen Pertahanan,” lanjut Pentagon.
Amerika Serikat sebelumnya tidak dapat membuat rudal berbasis di darat dengan daya jangkau 500 hingga 5.500 kilometer karena perjanjian Kekuatan Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF), yaitu perjanjian pengendalian senjata dengan Rusia yang telah berlaku puluhan tahun.
Washington mundur dari perjanjian itu pada 2 Agustus, dengan alasan Rusia telah melanggarnya selama bertahun-tahun.
Pentagon menekankan bahwa rudal jelajah itu dibuat untuk membawa muatan konvensional, bukan senjata nuklir.
Menteri Pertahanan baru Amerika, Mark Esper, mengatakan, apabila militer Amerika mengembangkan sistem rudal jelajah yang diluncurkan dari darat dan beroperasi sepenuhnya, ia ingin rudal-rudal konvensional jarak menengah Amerika itu ditempatkan di Asia.
Berbicara kepada wartawan awal bulan ini dalam perjalanan internasional pertamanya sebagai pemimpin Departemen Pertahanan, Esper mengatakan senjata tersebut penting karena “jauhnya jarak” yang dicakup di kawasan Indo-Pasifik. [uh/ab]