Tautan-tautan Akses

Lavrov: Inggris Mungkin Serang Bekas Mata-mata Rusia dan Putrinya


Menlu Rusia Sergei Lavrov hari Senin (2/4) mengisyaratkan pemerintah Inggris bisa jadi berada di balik serangan terhadap bekas agen Rusia, Sergei Skripal.
Menlu Rusia Sergei Lavrov hari Senin (2/4) mengisyaratkan pemerintah Inggris bisa jadi berada di balik serangan terhadap bekas agen Rusia, Sergei Skripal.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hari Senin (2/4) mengisyaratkan pemerintah Inggris bisa jadi berada di balik serangan terhadap bekas agen ganda yang telah memicu gelombang pengusiran diplomat.

Lebih dari 150 diplomat Rusia telah diperintahkan keluar dari AS, negara-negara Uni Eropa, NATO dan lain-lain sebagai hukuman atas serangan bulan Maret terhadap Sergei Skripal dan putrinya Yulia di kota Salisbury, Inggris. Inggris telah menuduh Rusia melakukan serangan itu.

Klaim balasan dari Moskow itu muncul ketika para diplomat Rusia hendak pergi meninggalkan negara-negara di mana mereka ditugaskan. Seorang diplomat Rusia dan keluarganya meninggalkan Macedonia hari Senin dan diantar ke bandara oleh duta besar Rusia, kata kantor berita pemerintah TASS.

Kremlin telah membantah keras berbagai tuduhan bahwa Rusia berada di balik serangan gas saraf itu, dan memerintahkan Inggris dan sekutu-sekutunya untuk menarik sebagian utusannya dari Rusia.

Hari Senin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan dalam konferensi pers bahwa serangan Skripal itu, “bisa jadi merupakan kepentingan pemerintah Inggris yang sedang dalam situasi tidak nyaman setelah gagal memenuhi janji-janji kepada para pemilih mengenai persyaratan Brexit.”

Dia berargumen Moskow tidak punya alasan untuk meracuni Sergei Skripal. Pria itu dinyatakan bersalah melakukan pengkhianatan oleh Rusia dan diserahkan kepada Inggris dalam pertukaran mata-mata tahun 2010, pada malam pemilihan presiden bulan Maret dan beberapa bulan sebelum Rusia menjadi tuam rumah Piala Dunia.

Lavrov mengisyaratkan serangan terhadap Skripal dan putrinya itu “mungkin saja dilakukan pasukan khusus Inggris yang dikenal akan kemampuan mereka dalam beraksi dan membunuh.”

CNN mengutip seorang sumber yang mengetahui penyelidikan itu, mengatakan mengingat cara serangannya canggih, kemungkinan serangan itu disetujui oleh kepemimpinan Rusia. Tapi Lavrov membantahnya.

“Sepemahaman saya, serangan yang canggih biasanya berujung pada kematian instan,” kata Lavrov.

Inggris mengatakan “kemungkinan besar” Rusia bertanggung jawab atas serangan menggunakan gas saraf yang dikembangkan di Uni Soviet. Lavrov juga menuduh Inggris, AS dan sekutu-sekutunya “mengabaikan kesantunan” dan “memilih menebarkan kebohongan dan disinformasi.”

Dia berkeras bahwa “para pakar serius dan para pemimpin sejumlah negara” mempertanyakan peran Inggris dalam kejahatan itu. “Sejauh mana kita akan melangkah” tidak bergantung pada Rusia, katanya. Dia menambahkan Moskow akan mengikuti “prinsip timbal balik.” Inggris telah membantah berbagai teori yang, seringkali berlawanan, yang diklaim Rusia itu. [vm/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG