Pemerintahan Presiden Rwanda Paul Kagame mengatakan pada hari Jumat (26/4) bahwa mereka akan menerima migran sebanyak yang dikirim Inggris dan mendesak mereka yang mengkritik rencana deportasi tersebut agar membiarkan kedua negara melanjutkan proses deportasinya.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memperkirakan penerbangan pertama akan berangkat dalam 10-12 minggu setelah parlemen minggu ini mengeluarkan undang-undang untuk menghindari keberatan hukum bahwa para migran dapat dikirim kembali ke negara asal di mana mereka mungkin akan menghadapi penganiayaan.
“Tidak peduli berapa jumlah yang diumumkan untuk tiba di sini besok atau lusa, kami mampu menerimanya,” kata wakil juru bicara pemerintah Alain Mukuralinda kepada kantor berita Reuters, seraya menambahkan bahwa Rwanda belum mengetahui tanggal atau jumlahnya.
Dengan sejarah panjang dalam menerima pengungsi dari kawasan Great Lakes di Afrika dan negara-negara lain, Rwanda telah menyiapkan perumahan sementara bagi para migran yang dikirim dari Inggris, tambah Mukuralinda, dengan fasilitas jangka panjang yang sedang dibangun saat mereka menjalani proses suaka dan berpotensi membangun tempat tinggal.
Kagame mendapat pujian karena membangun kembali Rwanda setelah genosida tahun 1994 yang menewaskan lebih dari 1 juta orang. Dia menjadikan Rwanda sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Afrika. Namun, pemerintahannya dituduh oleh negara-negara Barat dan aktivis hak asasi manusia memberangus media, menindas para pengkritik, dan mendukung kelompok pemberontak di negara tetangga, Republik Demokratik Kongo.
Rwanda membantah semua tuduhan tersebut.
“Selama dua tahun, para kritikus hanya berteriak tanpa mengusulkan solusi lain,” kata Mukuralinda tentang rencana migran Inggris tersebut. “Hari ini, menurut saya, sekarang, teriakan mereka sudah berakhir. Kami tidak mengklaim solusi ini adalah solusi ajaib tapi setidaknya biarkan kedua negara merealisasikannya,” pungkasnya. [lt/uh]
Forum