Lima migran, termasuk seorang anak, tewas ketika berusaha menyeberangi Selat Inggris dari Prancis ke Inggris, menurut pihak berwenang Perancis pada hari Selasa (23/4).
Kematian tersebut terjadi beberapa jam setelah parlemen Inggris menyetujui rancangan undang-undang migran yang menyerukan deportasi pencari suaka ke Rwanda sebagai cara untuk mencegah mereka melakukan perjalanan melintasi Selat Inggris.
Perahu-perahu yang penuh dengan migran terlihat oleh pihak berwenang di lepas pantai Pas-de-Calais pada Selasa pagi.
Para pejabat mengatakan 112 penumpang di kapal yang penuh sesak itu mulai panik ketika mesin mati dan beberapa orang terjatuh ke air dekat pantai. Para migran sering kali mencoba menyeberang dengan menggunakan perahu karet tipis yang tidak cukup kuat untuk menahan ombak.
Beberapa kapal angkatan laut Prancis menyelamatkan orang-orang dari “sebuah kapal yang sangat penuh sesak dan membawa lebih dari seratus orang...,” menurut sebuah pernyataan yang diberikan kepada kantor berita Associated Press.
Tim SAR berhasil menyelamatkan beberapa orang, empat di antaranya dibawa ke rumah sakit, namun 58 migran tetap berada di kapal untuk meneruskan perjalanan mereka ke Inggris setelah mereka dapat menghidupkan kembali mesin, menurut penjaga pantai.
Penjaga pantai Prancis masih mencari korban selamat di lepas pantai di Wimereux, namun dipastikan bahwa seorang wanita, tiga pria dan seorang gadis berusia 7 tahun meninggal. Mayat-mayat mereka ditemukan di pantai pada Selasa pagi.
Insiden ini terjadi tidak lama setelah rencana Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak untuk mendeportasi migran ke Rwanda – yang bertujuan untuk mencegah masuknya migran secara ilegal ke Inggris – mendapat persetujuan di parlemen.
Rencana tersebut telah memicu kritik dari kelompok-kelompok hak asasi manusia dan organisasi-organisasi internasional seperti PBB.
Diperkirakan 30.000 orang melakukan penyeberangan pada tahun 2023, menurut angka pemerintah Inggris. [lt/jm]
Forum