Pemerintah Rwanda telah menekankan kembali pernyataannya bahwa Perancis memainkan “peran langsung” dalam genosida 20 tahun lalu, yang menyebabkan tewasnya hampir 800 ribu warga etnis Tutsi dan Hutu moderat di tangan milisi etnis Hutu.
Dalam forum internasional tentang genosida di Kigali hari Minggu – menjelang upacara peringatan 20 tahun genosida di Rwanda – Menteri Luar Negeri Rwanda Louise Mushikiwabo mengatakan Perancis telah merugikan Rwanda dan secara tidak langsung bertanggungjawab dalam genosida.
Mushikiwabo mengatakan hubungan antara Perancis dan Rwanda tidak dapat diperbaiki jika Rwanda harus menerima versi Perancis tentang peristiwa itu.
Mushikiwabo menyampaikan kembali pernyataan Presiden Paul Kagame bahwa Perancis dan Belgia memainkan peran yang disebutnya sebagai “peran langsung” dalam persiapan politik bagi genosida tersebut. Pidato Presiden Kagame telah mendorong Perancis membatalkan rencana untuk menghadiri upacara peringatan genosida itu pekan depan.
Perancis menolak bertanggungjawab terhadap terjadinya genosida dan mengatakan tuduhan itu bertolakbelakang dengan proses rekonsiliasi antar kedua negara.
Para pelayat hari Minggu berkumpul di sebuah gereja Katholik dimana banyak pembunuhan terjadi, untuk menyampaikan doa bagi para korban pembantaian itu.
Sementara di Roma, pemimpin Gereja Katholik Roma Paus Fransiskus hari Minggu mengatakan ia ingin menyampaikan “kedekatan paternalnya dengan rakyat Rwanda” dan mendorong mereka untuk melanjutkan proses rekonsiliasi “dengan tekad dan harapan”.
Pemimpin-pemimpin dunia – termasuk Sekjen PBB Ban Ki-Moon – hari Senin diperkirakan akan menghadiri upacara peringatan 20 tahun dimulainya pembantaian, yang dipicu oleh tewasnya presiden Rwanda dalam kecelakaan pesawat.
Dalam sebuah artikel yang dirilis bertepatan dengan upacara itu, Ban Ki-Moon mendesak masyarakat internasional untuk belajar dari kegagalan menghentikan genosida di Rwanda dan mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap krisis saat ini, termasuk konflik di Republik Afrika Tengah.
Dalam upacara di Kigali hari Senin, Presiden Kagame diperkirakan akan menyalakan “Api Duka Nasional” – yang akan menyala selama 100 hari – masa yang sama dengan terjadinya genosida kala itu.
Dalam forum internasional tentang genosida di Kigali hari Minggu – menjelang upacara peringatan 20 tahun genosida di Rwanda – Menteri Luar Negeri Rwanda Louise Mushikiwabo mengatakan Perancis telah merugikan Rwanda dan secara tidak langsung bertanggungjawab dalam genosida.
Mushikiwabo mengatakan hubungan antara Perancis dan Rwanda tidak dapat diperbaiki jika Rwanda harus menerima versi Perancis tentang peristiwa itu.
Mushikiwabo menyampaikan kembali pernyataan Presiden Paul Kagame bahwa Perancis dan Belgia memainkan peran yang disebutnya sebagai “peran langsung” dalam persiapan politik bagi genosida tersebut. Pidato Presiden Kagame telah mendorong Perancis membatalkan rencana untuk menghadiri upacara peringatan genosida itu pekan depan.
Perancis menolak bertanggungjawab terhadap terjadinya genosida dan mengatakan tuduhan itu bertolakbelakang dengan proses rekonsiliasi antar kedua negara.
Para pelayat hari Minggu berkumpul di sebuah gereja Katholik dimana banyak pembunuhan terjadi, untuk menyampaikan doa bagi para korban pembantaian itu.
Sementara di Roma, pemimpin Gereja Katholik Roma Paus Fransiskus hari Minggu mengatakan ia ingin menyampaikan “kedekatan paternalnya dengan rakyat Rwanda” dan mendorong mereka untuk melanjutkan proses rekonsiliasi “dengan tekad dan harapan”.
Pemimpin-pemimpin dunia – termasuk Sekjen PBB Ban Ki-Moon – hari Senin diperkirakan akan menghadiri upacara peringatan 20 tahun dimulainya pembantaian, yang dipicu oleh tewasnya presiden Rwanda dalam kecelakaan pesawat.
Dalam sebuah artikel yang dirilis bertepatan dengan upacara itu, Ban Ki-Moon mendesak masyarakat internasional untuk belajar dari kegagalan menghentikan genosida di Rwanda dan mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap krisis saat ini, termasuk konflik di Republik Afrika Tengah.
Dalam upacara di Kigali hari Senin, Presiden Kagame diperkirakan akan menyalakan “Api Duka Nasional” – yang akan menyala selama 100 hari – masa yang sama dengan terjadinya genosida kala itu.