Tautan-tautan Akses

Saling Kecam Warnai Pertemuan Para Pemimpin NATO di London


Bendera nergara-negara anggota NATO dikibarkan di halaman gedung parlemen Inggris (Parliament Square), di London, Inggris, saat berlangsungnya KTT NATO, 3 dan 4 Desember 2019.
Bendera nergara-negara anggota NATO dikibarkan di halaman gedung parlemen Inggris (Parliament Square), di London, Inggris, saat berlangsungnya KTT NATO, 3 dan 4 Desember 2019.

Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin negara-negara anggota NATO berkumpul di London, Selasa (3/12) untuk memperingati ulang tahun ke-70 berdirinya aliansi itu sementara pertengkaran antar pemimpin menunjukkan kurangnya persatuan yang berisiko merusak kredibilitas organisasi militer itu.

Untuk KTT ketiga berturut-turut, Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump diperkirakan akan mengulangi tuntutannya agar negara-negara sekutu di Eropa dan Kanada meningkatkan anggaran pertahanan. Sementara itu, dengan menyesalkan apa yang disebutnya “kematian otak” NATO karena absennya kepemimpinan Amerika, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan NATO “perlu dibangunkan.”

Macron menegaskan bahwa pertanyaan strategis harus dijawab, seperti meningkatkan hubungan dengan Rusia dan bagaimana menangani sekutu yang sulit diprediksi seperti Turki.

Sebaliknya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Macron, dan argumen mereka secara publik menjadi pertanda buruk bagi pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson itu, yang kini terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan sangat menginginkan kelancaran segala hal terkait KTT tahunan itu.

Ankara membangkitkan kemarahan sekutu-sekutunya karena menyerang Suriah utara, dan membeli sistem pertahanan udara Rusia dengan komputer kuat yang memiliki kemampuan menyedot data dan berpotensi membahayakan peralatan militer sekutu jika keduanya dipasang di tempat yang berdekatan,

Sebelum menuju ke London, Presiden Erdogan mengisyaratkan bahwa Turki mungkin tidak akan mendukung Polandia dan negara-negara sekutu NATO di Baltik – Estonia, Latvia dan Lithuania – ketika negara-negara itu membutuhkan pertahanan kecuali jika NATO mendukung Turki dalam tindakannya memerangi pejuang Kurdi Suriah, yang dianggapnya sebagai teroris.

Ancaman itu menimbulkan pertanyaan baru tentang komitmen NATO terhadap klausul pertahanan kolektifnya – Pasal 5 – di mana semua negara sekutu berjanji untuk membantu negara anggota lainnya yang diserang. Klausa ini hanya pernah diaktifkan sekali, setelah serangan teroris pada tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat.

KTT dua hari ini dimulai dengan resepsi di Istana Buckingham dan Downing Street Selasa malam. Sebuah sesi kerja singkat akan diadakan di sebuah resor golf di luar London pada hari Rabu. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan beberapa pemimpin mengambil bagian dalam acara sampingan Selasa pagi.

Presiden AS Donald Trump bersama Sekjen NATO, Jens Stoltenberg di Winfield House, London, Selasa, 3 Desember 2019.
Presiden AS Donald Trump bersama Sekjen NATO, Jens Stoltenberg di Winfield House, London, Selasa, 3 Desember 2019.

Presiden Trump akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte di sela-sela KTT itu. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga akan menjadi tuan rumah pembicaraan tentang Suriah yang akan melibatkan Macron, Merkel dan Erdogan pada Selasa malam.

Masalah Suriah dan jutaan pengungsi akibat perang saudara di negara itu diperkirakan akan menjadi agenda utama yang disodorkan oleh Erdogan ketika dia bertemu dengan para pemimpin Inggris, Jerman dan Perancis itu, seperti dikatakan oleh Aydin Selcen, mantan diplomat senior Turki.

“Dia cukup transparan pada tuntutannya. Tentu saja, dia minta Eropa agar berbuat lebih banyak, dan dia memiliki alasan yang baik demi keadilan. Turki adalah tuan rumah bagi 3,5 hingga 4 juta warga Suriah,” jelasnya.

Menurut Erdogan, operasi militer Turki Oktober lalu ke Suriah untuk melawan milisi Kurdi telah menciptakan peluang pengiriman hingga 2 juta warga Suriah di Turki kembali ke wilayah yang direbut oleh pasukan Turki.

Seiring dengan semakin meningkatnya tekanan domestik terhadap Erdogan untuk memulangkan pengungsi Suriah, dan kewaspadaan para pemimpin Eropa dengan terus bertambahnya jumlah pengungsi, semua pihak tampaknya memiliki insentif yang kuat untuk mencapai kompromi pada hari Selasa ini. [lt/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG