Kebun komunitas itu tersebar di berbagai tempat di Seattle. Kebun yang tampak hijau dan dalam berbagai bentuk dan ukuran itu dipenuhi dengan aneka bunga yang berwarna cerah, tanaman sayuran, satwa liar dan sejumlah karya seni. Masing-masing taman dari 90 kebun komunitas itu mencerminkan semangat lingkungannya yang unik.
Kebun komunitas The Troll’s Knoll, yang berada di kawasan Freemont yang populer, ukurannya tergolong kecil namun unik. Kebun yang terletak di bawah jembatan itu dihiasi dengan bunga warna-warni dan berbagai karya seni seperti patung-patung berbagai ukuran.
Petak kebun komunitas Interbay dibuat di atas sebuah tempat pembuangan sampah lama.
Kebun komunitas lainnya, Upgarden, yang dibuat di atas bangunan di pusat kota merupakan hasil experimen yang dilakukan Wallace Laurenco-Vlaskamp.
"Taman kami terkenal sebagai taman yang indah persis di depan bangunan Space Needle. Bagi saya, ini adalah tempat yang terbaik karena terasa damai. Awalnya, taman ini dibangun di atas bangunan untuk memperlihatkan kepada orang-orang di seluruh dunia bahwa kita dapat berkebun di mana saja. Jadi misalnya di atas gedung parkir pun mereka dapat menemukan tempat terbaik untuk membuat sebuah kebun," jelas Wallace.
Sebuah jaringan kebun komunitas yang dinamakan P-Patch dimulai sejak 50 tahun lalu dari pertanian keluarga Picardo di Seattle Timur. Viv Llo Veith sudah berkebun di sana sejak tahun 1978. Saat ini ia sedang melakukan eksperimen untuk menangkap lintah dengan perangkap bir.
"Kami memiliki orang-orang yang menjadi penanggung jawab kebun, kompos, dan kebun untuk dinikmati bersama. Kami juga mengadakan pertemuan dan makan bersama. Jadi itulah saatnya orang-orang berkumpul dan mengajukan pertanyaan, misalnya apakah bisa menanam pohon bambu di kebun. Saya bilang tidak bisa, karena pohon bambu dapat tumbuh menyebar,"ujarnya.
Seattle merupakan salah satu kota besar di Amerika dengan pertumbuhan yang paling pesat. Pertumbuhan itu seringkali dikaitkan dengan hilangnya banyak ruang hijau.
Supervisor program P-Patch Kenya Fredie mengatakan, program kebun mereka terus berkembang. Itu terlihat dengan adanya daftar tunggu bagi mereka yang ingin mendapatkan lahan kebun, khususnya di pusat kota. Seringkali lahan kebun itu harus melalui proses perencanaan. Namun ada juga kebun yang berkembang secara alami.
"Hal itu muncul dari kepentingan komunitas, mungkin di suatu lingkungan terdapat lahan yang digunakan untuk aktivitas ilegal, jadi warga bertanya, bagaimana mereka dapat membuat lingkungan tersebut menjadi lebih aman? Oleh sebab itulah mereka membuat kebun komunitas," ungkapnya.
Salah seorang pemilik kebun, Julie Garz, mengatakan, "Kesuksesan bagi saya adalah jika kebun ini dapat menghasilkan cukup bahan makanan yang dapat dimasak untuk makan malam keluarga kami yang terdiri dari lima orang, dengan bahan-bahan yang biasanya tidak saya beli di toko karena mungkin harganya mahal, seperti kemangi, jeruk verbena, artichoke besar dan kacang Romano. Saya juga bertemu dengan tetangga baru yang selalu barter hasil kebunnya dengan saya, dan saya juga mencoba varietas baru."
Bruce Swee dan Christina Schaefer bertemu dalam pesta kebun mereka dan kemudian memutuskan untuk menikah.
"Apakah Anda mengenal istilah konsep tempat ketiga? Tempat pertama adalah rumah Anda. Tempat kedua adalah tempat kerja. Dan tempat ketiga adalah tempat di mana Anda menghabiskan sebagian besar waktu Anda jika tidak berada di rumah dan tempat kerja. Jadi inilah tempat ketiga kami. Di sini kami menghabiskan sebagian besar waktu kami," jelas Christina Schaefer. [lj/uh]
Forum