Tautan-tautan Akses

Israel, Hizbullah Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata


Lina Rida Jawhari menangis saat duduk di reruntuhan rumah keluarganya yang hancur di Baalbek, Lebanon timur, Kamis, 28 November 2024. (/Hassan Ammar/AP)
Lina Rida Jawhari menangis saat duduk di reruntuhan rumah keluarganya yang hancur di Baalbek, Lebanon timur, Kamis, 28 November 2024. (/Hassan Ammar/AP)

Israel dan Hizbullah, Kamis (28/11) saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata, yang baru berusia satu hari. Gencatan senjata ini sebelumnya ditujukan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama lebih dari satu tahun.

Militer Israel mengatakan telah melancarkan serangan udara pada Kamis terhadap fasilitas di Lebanon selatan yang digunakan Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah. Israel juga mengklaim telah menembaki "tersangka" yang tiba dengan kendaraan di beberapa wilayah zona selatan, yang dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata.

Sementara itu, anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, menuduh Israel melanggar gencatan senjata. "Israel, musuh, menyerang warga yang kembali ke desa perbatasan," kata Fadlallah kepada wartawan. “Ada pelanggaran hari ini oleh Israel, bahkan dalam bentuk yang sama.”

Militer Lebanon juga menuduh Israel telah melanggar gencatan senjata. “Israel, musuh, berulang kali melanggar kesepakatan ini,” kata pihak militer, sembari mengacu kepada sejumlah serangan udara dan serangan terhadap wilayah Lebanon dengan "berbagai senjata."

Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada Rabu pagi (27/11). Tuduhan dari kedua belah pihak menunjukkan rapuhnya kesepakatan ini.

Kesepakatan tersebut mengharuskan pembongkaran fasilitas militer tak berizin di selatan Sungai Litani, tetapi tidak mencakup fasilitas di utara sungai. Israel memiliki waktu hingga 60 hari untuk menarik diri dari Lebanon selatan, dan kedua belah pihak dilarang meluncurkan operasi ofensif.

Reaksi terhadap Gencatan Senjata antara Israel dengan Hizbullah
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:08 0:00

Gencatan senjata ini, yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Prancis, dimaksudkan berlangsung 60 hari dengan harapan mengarah pada penghentian permanen permusuhan antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang mengumumkan kesepakatan gencatan senjata ini pada Selasa (26/11), menyatakan akan melanjutkan upayanya untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, tidak ada tanda-tanda Israel tertarik dengan gencatan senjata segera di Gaza.

“Apakah kita sudah berada di awal berakhirnya operasi Gaza? Tentu saja tidak. Masih ada yang perlu kita lakukan,” kata Menteri Pertanian Israel Avi Dichter, yang juga anggota kabinet keamanan dalam dan mantan kepala agen intelijen Shin Bet kepada para wartawan pekan ini.

“Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi negara Israel lagi,” kata Dichter. “Kami akan mencapai kemenangan yang pasti di sana. Berbeda dengan Lebanon.”

Perang antara Israel dan Hamas dimulai setelah kelompok yang ditetapkan oleh Amerika Serikat sebagai organisasi teroris tersebut membunuh sekitar 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 sandera di Israel pada 7 Oktober 2023.

Serangan balasan Israel kemudian telah menewaskan lebih dari 44.200 orang, menurut pejabat Gaza, dan menyebabkan hampir seluruh populasi wilayah tersebut mengungsi setidaknya sekali, dengan sebagian besar wilayah Gaza hancur.

Berbulan-bulan upaya untuk menegosiasikan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas belum menunjukkan kemajuan berarti, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut.

Para perempuan Palestina bereaksi di luar rumah sakit setelah serangan udara Israel di kamp Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah, 28 November 2024. (Eyad BABA / AFP)
Para perempuan Palestina bereaksi di luar rumah sakit setelah serangan udara Israel di kamp Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah, 28 November 2024. (Eyad BABA / AFP)

Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, pada Rabu menuduh Israel tidak fleksibel, meskipun ia mengatakan bahwa kelompoknya menginginkan kesepakatan.
“Kami berharap kesepakatan (dengan Hizbullah) ini bisa membuka jalan menuju kesepakatan yang mengakhiri perang genosida terhadap rakyat kami di Gaza,” ujarnya kepada kantor berita Reuters.

Negara mediator, Qatar, telah menghentikan upayanya untuk mencapai kesepakatan hingga kedua belah pihak siap memberikan konsesi.
Serangan militer Israel pada Kamis menewaskan setidaknya 17 warga Palestina di seluruh Jalur Gaza yang terkepung, menurut pejabat medis.

Korban tewas terjadi saat pasukan Israel meningkatkan pengeboman di bagian tengah Gaza dan tank-tank mereka bergerak lebih dalam ke wilayah utara dan selatan Gaza.

Enam orang tewas dalam serangan udara terpisah di sebuah rumah dan di dekat Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya, utara Gaza. Empat lainnya tewas ketika serangan Israel menghantam sebuah sepeda motor di Khan Younis, selatan Gaza.

Di kamp pengungsi Nuseirat, pesawat Israel malancarkan berbagai serangan udara yang menewaskan sedikitnya tujuh orang, menurut pejabat kesehatan. Serangan ini menghancurkan gedung bertingkat dan merusak jalan di luar masjid-masjid.

Menurut penduduk setempat, tank-tank Israel juga bergerak lebih jauh ke barat laut Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.

Israel belum memberikan komentar terkait pertempuran terbaru tersebut.
Gencatan senjata di Lebanon membuat penderitaan di Gaza terasa semakin berat bagi sebagian warga.

“Saya berharap gencatan senjata terjadi seperti di Lebanon ... Saya hanya ingin membawa anak-anak saya melihat tanah dan rumah kami, melihat apa yang telah mereka lakukan kepada kami. Saya ingin hidup dengan aman,” kata Amal Abu Hmeid, seorang wanita pengungsi di Gaza, kepada Reuters. "Jika Tuhan mengizinkan, akan ada gencatan senjata," tambahnya. [th/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG