Tautan-tautan Akses

Sebagian Besar Populasi Dunia Masih Harus Menunggu Vaksin Covid-19


Pekerja kesehatan mengumpulkan data pribadi dari seorang pria sambil menyiapkan daftar saat survei dari rumah ke rumah untuk vaksinasi pertama Covid-19, di sebuah desa di pinggiran Ahmedabad, India, 14 Desember 2020. (Foto: Reuters)
Pekerja kesehatan mengumpulkan data pribadi dari seorang pria sambil menyiapkan daftar saat survei dari rumah ke rumah untuk vaksinasi pertama Covid-19, di sebuah desa di pinggiran Ahmedabad, India, 14 Desember 2020. (Foto: Reuters)

Sementara Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada mulai pemberian vaksinasi anti-Covid-19, hampir seperempat dari populasi di dunia kemungkinan tidak akan bisa mengakses sebuah vaksin sampai paling tidak hingga 2022.

Hal itu terungkap dalam sebuah studi baru.

Dalam skenario kasus terbaik sekalipun, Dunia tidak akan punya kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi seluruh populasi di dunia.

Negara-negara kaya telah membuat persetujuan untuk membeli sebagian besar dosis vaksin itu sebelum vaksin itu selesai uji cobanya atau memperoleh izin dari badan regulasi.

Sementara itu kemitraan yang ditujukan untuk mengamankan pasokan vaksin untuk negara berpenghasilan rendah atau menengah, sejauh ini baru menerima sejumlah kecil dari dosis yang dijanjikan.

“Banyak pemerintahan di bagian paling miskin dunia sangat prihatin dengan senjang waktu antara ketersediaan vaksin di negara-negara kaya dan ketika vaksin itu benar-benar ada di negara berkembang,” kata Kate Elder, penasihat kebijakan vaksin di Doctors Without Borders.

Pekan lalu, perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech mulai mengirim vaksin yang mereka kembangkan ke Inggris. Sejumlah pasien pertama di AS dan Kanada mulai divaksin pada Senin (14/12).

Vaksin kedua, yaitu dari Moderna, diperkirakan akan mendapat otorisasi dari Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (Food and Drug Administration/FDA) pada pekan ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sedang mengkaji vaksin-vaksin tersebut serta vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford.

Meski vaksin-vaksin itu dan sejumlah vaksin lainnya masih dalam tahap uji coba klinis, sejumlah negara sudah memberi komitmen miliaran dolar untuk mengamankan ratusan juga dosis untuk warga negara mereka.

Menurut studi baru itu, 13 perusahaan sudah menandatangi kesepakatan prapesan untuk hampir 7,5 juta dosis vaksin. Lebih dari setengah dari prapesan itu berasal dari negar-negara berpendapatan tinggi, meski mereka hanya menyumbang 14 persen dari populasi dunia.

Kanada sudah mengamankan jumlah vaksin yang cukup untuk mengimunisasi seluruh penduduknya sebanyak lima kali, sedangkan AS hanya mengamankan satu kali penyuntikan per orang. Pasokan vaksin yang dipesan oleh Brazil dan Indonesia bahkan tidak cukup untuk memvaksinasi setengah dari penduduknya. [jm/pp/ft]

XS
SM
MD
LG