Jika Anda merokok walau hanya sebatang sehari, risiko serangan jantung atau stroke akan bertambah besar.
Para periset Inggris menganalisis lebih dari 140 penelitian, dan menyimpulkan hanya sebatang rokok saban hari meningkatkan sebanyak 50 persen risiko serangan dan sebanyak 30 persen risiko stroke dibanding dengan mereka yang tidak pernah merokok.
Meskipun penelitian selama 50 tahun menunjukkan betapa bahayanya merokok itu, satu miliar orang di seluruh dunia tetap saja merokok dan tujuh juta orang meninggal akibat berbagai penyebab terkait rokok setiap tahunnya.
Umumnya orang mulai merokok sebelum berusia 21 tahun, dan banyak yang mulai sejak usia belasan tahun. Sekarang, American Lung Association menganjurkan sejumlah negara bagian menetapkan 21 tahun sebagai usia legal untuk dapat membeli rokok.
"Ini berarti, yang berusia 15 sampai 17 tahun tidak dibolehkan membeli rokok. Acapkali remaja seusia itu menemui teman yang sudah di SMA yang berusia 18 tahun dan sudah pasti lebih tua dari mereka untuk membelikan rokok, karena mereka tidak mungkin bergaul dengan orang yang usianya 19 atau 20 atau 21 tahun," kata Thomas Carr, dari American Lung Association.
Sejauh ini, lima negara bagian telah mengharuskan hanya orang yang berusia 21 tahun dibolehkan membeli rokok. Melacak siapa saja yang merokok adalah penting agar dinas-dinas kesehatan bisa menyediakan berbagai program untuk membantu para perokok berhenti merokok, dan mencegah yang lainnya untuk memulai merokok.
Emmanuela Gakidou dari Institute for Health Metrics and Evaluation mengatakan, "Negara-negara yang berhasil menurunkan jumlah perokoknya secara drastis tampaknya telah memberlakukan berbagai peraturan untuk mengekang perluasan produk tembakau.”
Di antara peraturan itu termasuk menaikkan pajak atas produk-produk tembakau supaya menjadi lebih mahal untuk membelinya, terutama bagi para remaja; melarang merokok di tempat umum dan tempat-kerja, serta larangan iklan produk-produk tembakau.
Lebih lanjut Emmanuela memaparkan, "Kita tidak tahu apakah ada strategi tunggal yang lebih efektif daripada yang lain, namun secara kolektif dalam berbagai kebijakan pengendalian produk tembakau yang diprakarsai oleh komunitas Pengendalian Tembakau Global dan WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia, jika diterapkan sesuai rancangan, strategi ini dapat berhasil."
Meskipun persentase perokok menurun di banyak negara, Gakidou tidak melihat adanya penurunan jumlah perokok, hanya karena jumlah populasi dunia terus bertambah.
Tetapi banyak di antara mereka yang memang betul-betul hendak berhenti merokok, terutama apabila mereka menggunakan beberapa alat bantu anti-merokok, lambat laun bisa berhenti merokok dan mengurangi risiko mereka terkena penyakit-penyakit yang terkait dengan merokok tembakau. [mg/is]