Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan selama Januari hingga Februari tahun ini telah terjadi 438 bencana alam yang meliputi 167 puting beliung, 120 banjir, 120 tanah longsor, 12 kebakaran hutan dan lahan, 10 banjir, 7 gelombang pasang, serta dua gempa. Sedikitnya 60 tewas dalam berbagai musibah itu.
"Total selama Januari dan Februari, sampai dengan tanggal 22 Februari, terdapat 438 kejadian bencana dengan 60 orang meninggal dan hilang, 93 luka-luka, hampir 300 ribu jiwa mengungsi dan terdampak. Ini pasti bertambah karena saat ini sedang berlangsung banjir di Kuningan, di Jawa Timur, dan beberapa (daerah) di Jawa Tengah terjadi banjir," kata Sutopo.
Ditambahkannya, akibat bencana alam tersebut 297.756 orang terpaksa mengungsi dan 11.324 rumah rusak (1.492 rusak berat, 3.016 rusak sedang, dan 6.816 rusak ringan). Musibah juga merusak 173 unit fasilitas umum.
Menurut Sutopo, tanah longsor merupakan bencana mematikan selama Januari-Februari 2018 karena menyebabkan korban meninggal dan hilang terbanyak, yakni 46 dari total 60 orang.
Daerah-daerah rawan longsor kategori sedang dan tinggi di Indonesia sangat luas, tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Daerah bahaya longsong itu terdapat di 274 kabupaten dan kota.
Lebih lanjut Sutopo mengungkapkan jumlah penduduk tinggal di 274 kabupaten/kota rawan longsor berkategori sedang dan tinggi tersebut sebanyak 40,9 juta orang, termasuk 4,28 juta bayi berusia di bawah lima tahun, 323 ribu penyandang disabilitas, dan 3,2 juta orang lanjut usia.
"Semua terpapar oleh longsorsaat musim hujan. Kemampuan mereka untuk menghindari, memproteksi diri, atau memitigasinya masih sangat minim. Dan sebagian besar mereka adalah golongan ekonomi menengah ke bawah," tambahnya.
Menurut Sutopo, Februari merupakan puncak musim hujan. Potensi hujan tinggi meliputi semua provinsi di Pulau Jawa, yakni Banten, jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Karena itu, BNPB membagikan peta rawan longsor di semua provinsi di Jawa agar masyarakat dan pemerintah setempat meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana banjir dan longsor.
Sutopo menekankan saat ini Jawa merupakan wilayah paling riskan karena kerusakan lingkungan sudah berlangsung puluhan tahun, seperti deforestasi, berkurangnya kawasan resapan air, dan bertambahnya jumlah penduduk.
Aktivis Lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung mengatakan pengurangan risiko bencana harus menjadi arus utama pembangunan nasional. Selain itu tambah Sawung, pemukiman harus ditempatkan di daerah yang lebih aman.
"Seharusnya tidak boleh mereka bermukim di tempat rawan longsor, Upaya relokasi, kalau masyarakat tidak mau masyarakatnya dikasih penyadaran bahwa tempat yang dia tinggali rentan," jelas Sawung.
Pemerintah lanjutnya juga harus segera menambah sistem peringatan dini rawan longsor yang saat ini baru terpasang 200-an alat. Sementara tambahnya Indonesia membutuhkan ratusan ribu unit sistem peringatan dini rawan longsor.
Dari 34 provinsi, lima provinsi mengalami musibah tanah longsor terbanyak selama 2010-2018 adalah Jawa Tengah (1.334 kali), Jawa Barat (961 kali), dan Jawa Timur (526 kali), Sumatera barat (146 kali), dan Kalimantan Timur (98 kali). [fw/em]