Pasukan pemerintah Suriah dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 10 orang di seantero Suriah, Jumat, di tengah-tengah laporan mengenai dimulainya demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah.
Syrian Observatory for Human Rights menyatakan sedikitnya tiga orang tewas di kawasan Hama setelah pasukan pemerintah melepaskan tembakan ke arah sebuah mobil.
Kantor berita Perancis melaporkan, ribuan demonstran turun ke jalan-jalan setelah sholat Jumat, dengan mengulangi seruan agar Presiden Bashar al-Assad melepaskan jabatan.
Para pemantau PBB di Suriah melanjutkan tugas mereka mengupayakan diakhirinya kekerasan antara pasukan pemerintah dan pemberontak meskipun ada gencatan senjata yang rapuh.
Seorang jurubicara utusan internasional Kofi Annan, yang memperantarai rencana gencatan senjata bulan lalu, mengatakan rencana itu masih berjalan meskipun kekerasan berlanjut.
Ahmad Fawzi mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa ada sedikit tanda-tanda kepatuhan terhadap rencana itu.
Hari Kamis, sedikitnya 24 orang tewas dalam kerusuhan terkait aksi antipemerintah, termasuk empat warga sipil di Universitas Aleppo.
Para saksi mata menyatakan, mahasiswa propemerintah yang bersenjatakan pisau menyerang para demonstran di universitas, sebelum petugas keamanan dikerahkan dan melepaskan gas air mata dan peluru tajam.
Kekerasan merebak selagi Suriah mempersiapkan pemilihan legislatif hari Senin. Pemilu itu diselenggarakan sesuai reformasi konstitusi yang mengizinkan pembentukan partai-partai politik baru.
Koresponden VOA Elizabeth Arrott berbicara dengan sejumlah warga Suriah mengenai pemilihan tersebut. Ia mengatakan sebagian tidak berharap banyak meskipun telah ada reformasi.
Negara-negara besar dunia telah memperketat tekanan ekonomi terhadap pemimpin dan pemerintah Suriah. Hari Jumat, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mendesak Tiongkok agar mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap pemerintah Suriah.
Syrian Observatory for Human Rights menyatakan sedikitnya tiga orang tewas di kawasan Hama setelah pasukan pemerintah melepaskan tembakan ke arah sebuah mobil.
Kantor berita Perancis melaporkan, ribuan demonstran turun ke jalan-jalan setelah sholat Jumat, dengan mengulangi seruan agar Presiden Bashar al-Assad melepaskan jabatan.
Para pemantau PBB di Suriah melanjutkan tugas mereka mengupayakan diakhirinya kekerasan antara pasukan pemerintah dan pemberontak meskipun ada gencatan senjata yang rapuh.
Seorang jurubicara utusan internasional Kofi Annan, yang memperantarai rencana gencatan senjata bulan lalu, mengatakan rencana itu masih berjalan meskipun kekerasan berlanjut.
Ahmad Fawzi mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa ada sedikit tanda-tanda kepatuhan terhadap rencana itu.
Hari Kamis, sedikitnya 24 orang tewas dalam kerusuhan terkait aksi antipemerintah, termasuk empat warga sipil di Universitas Aleppo.
Para saksi mata menyatakan, mahasiswa propemerintah yang bersenjatakan pisau menyerang para demonstran di universitas, sebelum petugas keamanan dikerahkan dan melepaskan gas air mata dan peluru tajam.
Kekerasan merebak selagi Suriah mempersiapkan pemilihan legislatif hari Senin. Pemilu itu diselenggarakan sesuai reformasi konstitusi yang mengizinkan pembentukan partai-partai politik baru.
Koresponden VOA Elizabeth Arrott berbicara dengan sejumlah warga Suriah mengenai pemilihan tersebut. Ia mengatakan sebagian tidak berharap banyak meskipun telah ada reformasi.
Negara-negara besar dunia telah memperketat tekanan ekonomi terhadap pemimpin dan pemerintah Suriah. Hari Jumat, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mendesak Tiongkok agar mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap pemerintah Suriah.