Laman utama imigrasi Kanada tidak beroperasi sementara laman Selandia Baru dilaporkan mengalami kenaikan jumlah pengunjung dari warga-warga AS di saat kandidat presiden Amerika dari Partai Republik, Donald Trump, bergerak semakin dekat ke Gedung Putih, Rabu (9/11).
Laman utama imigrasi Kanada tampak tidak bisa diakses beberapa kali Selasa malam di saat Trump memimpin perolehan suara di beberapa negara bagian utama dan prospeknya untuk memenangkan pemilihan presiden AS semakin besar.
Di Selandia Baru, para pejabat imigrasi mengatakan kepada kantor berita Reuters pada malam pemilihan bahwa laman New Zealand Now, yang berurusan dengan tempat tinggal dan visa pelajar/mahasiswa, telah menerima 1.593 pendaftaran dari warga Amerika Serikat sejak 1 November -- lebih dari 50 persen jumlah pendaftaran biasanya dalam satu bulan, hanya dalam tujuh hari.
Kunjungan ke laman New Zealand Now dari Amerika Serikat naik hampir 80 persen menjadi 41.000 dari 7 Oktober sampai 7 November, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Rod Drury, kepala eksekutif Xero, perusahaan peranti lunak akuntansi global yang berbasis di Selandia Baru, mengatakan bahwa statistik tersebut cocok dengan apa yang perusahaan tersebut telah lihat selama ini dari orang-orang Amerika yang khawatir Trump menang.
Drury mengatakan apa yang awalnya merupakan lelucon telah menjadi kenyataan.
"Saya mendapat banyak pesan, menanyakan lowongan pekerjaan di Selandia Baru, dan kami mengatakan 'ya, anda bisa'," Drury mengatakan kepada Reuters lewat telepon hari Rabu.
"Akan menarik melihat apakah hal ini akan menjadi tindakan nyata."
Para pejabat imigrasi Selandia Baru menolak berkomentar.
Sementara itu, beberapa pengguna di AS, Kanada dan Asia melihat pesan kerusakan server internal ketika akan mengakses laman imigrasi Kanada.
Para pejabat Kanada tidak dapat dimintai komentarnya, namun masalah laman itu dilaporkan banyak orang di Twitter.
Setelah sejumlah warga AS, seringkali dengan nada bercanda, mengatakan mereka akan pindah ke Kanada jika Trump terpilih, ide itu dimanfaatkan oleh beberapa komunitas Kanada.
Bulan Februari, pulau Cape Breton di pesisir Atlantik di Kanada mempromosikan diri sebagai tempat perlindungan yang tenang bagi orang-orang Amerika yang ingin melarikan diri apabila Trump menguasai Gedung Putih.
Drury mengatakan Selandia Baru dan perusahaan-perusahaan teknologi non-Amerika lainnya akan mendapat keuntungan jika Trump menang.
"Banyak dari dunia teknologi telah didorong keluar dari AS dan saya kira ini banyak mengubah lanskapnya," ujarnya.
Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg mengatakan kepada New York Times bulan Juli bahwa mendiang suaminya Martin D. Ginsburg, jika ia masih hidup, akan meminta pindah ke Selandia Baru jika Trump menjadi presiden. [hd]