Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan hari Rabu (13/9), pengungsian sepertiga minoritas Rohingya Myanmar dapat digambarkan sebagai pembersihan etnis.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan hari Rabu, mengenai kekerasan dan krisis kemanusiaan di negara bagian Rakhine. Pertemuan itu atas permintaan Inggris dan Swedia hari Senin, setelah kepala HAM PBB, Zeid Ra'ad al-Hussein menyebut perlakuan terhadap Rohingya sebagai "sebuah contoh klasik tentang pembersihan etnis."
Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi telah membatalkan rencana untuk menghadiri Sidang Umum PBB bulan ini di tengah meningkatnya kritik internasional atas penanganan kekerasan di Myanmar barat yang telah memaksa 370.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Juru bicara pemerintah Zaw Htay mengatakan hari Rabu, peraih Nobel Perdamaian itu akan tetap berada di Myanmar untuk menghadapi situasi keamanan yang sedang terjadi.
Juru bicara tersebut juga mengumumkan bahwa Aung San Suu Kyi akan memberikan pidato di televisi tanggal 19 September, dan "berbicara tentang rekonsiliasi nasional dan perdamaian" dalam komentar publik pertamanya mengenai krisis di negara bagian Rakhine.
Aung San Suu Kyi dianggap sebagai ikon demokrasi setelah ditahan puluhan tahun di bawah penguasa militer Myanmar. [ps/ii]