Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengimbau kepada dunia hari Rabu (30/9) agar melakukan pendekatan terhadap krisis pengungsi Eropa dengan “kreativitas, peri kemanusiaan, dan keberanian.”
Ban mengatakan kepada 70 menteri dunia peserta Sidang Majelis Umum PBB bahwa “masa depan bukan bagi orang yang berusaha membangun tembok atau mengeksploitasi ketakutan.”
Ia menekankan kerjasama di antara semua kalangan yang mengalami kesulitan untuk menghadapi krisis itu fokus pada upaya penyelamatan nyawa.
Jika tidak, Ban mengatakan, “para pemenang adalah penyelundup, pedagang manusia dan majikan yang tidak berperikemanusiaan. Orang yang kalah atau menderita adalah kaum miskin, orang yang lapar, orang yang lemah, orang yang tidak berdaya, dan anak-anak.”
Ketika membuka Majelis Umum sebelumnya pekan ini, Ban mendesak Eropa untuk berbuat lebih banyak. Ia meminta kepada masyarakat internasional untuk menanggulangi sumber masalah migran, termasuk perang saudara di Suriah, terorisme dan ketidakstabilan di Afghanistan.
Ke-7 negara industri terkemuka di dunia, serta negara-negara Teluk Persia, telah menjanjikan dana US$1,8 milyar kepada badan-badan bantuan PBB untuk menolong menghadapi krisis migran.
Sementara itu, Jepang mengumumkan akan memberi $810 juta.
PBB melaporkan hampir 515.000 pencari suaka telah meninggalkan perang dan kemiskinan di Timur Tengah dan Afrika sejak Januari, mencapai Eropa melalui Yunani dan Italia.
Tetapi hampir 3.000 orang telah tenggelam atau hilang, ketika menyeberangi Laut Tengah yang berbahaya itu dengan kapal dan rakit yang reot dan berjubel. Sebagian besar ditinggalkan di laut oleh pedagang manusia.
Beberapa negara Eropa yang pada awalnya membuka perbatasan mereka bagi migran, sekarang telah menutupnya atau telah memberlakukan peraturan visa dan pemeriksaan terhadap pencari suaka.
Hongaria telah membangun pagar kawat yang tajam di perbatasannya dengn Serbia. [gp]