Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon prihatin atas meningkatnya ketegangan antara pemerintah Sudan dan Sudan Selatan yang baru merdeka mengenai sengketa minyak mereka.
Ban mengeluarkan pernyataan hari Jumat sebelum perundingan putaran baru antara kedua pihak di Ethiopia. Ia meminta kedua pemerintah memulai lagi proses negosiasi dan mencapai kesepakatan mengenai semua isu yang belum teratasi, akibat pemisahan Sudan Selatan dari Khartoum Juli lalu.
Pengawas internasional Global Witness Jumat pagi mendesak dunia untuk membantu mengakhiri sengketa sengit soal minyak antara Sudan dan Sudan Selatan, memperingatkan situasi itu bisa meruncing jika tidak segera diatasi.
Kelompok pemantau sumber daya alam tersebut hari Jumat mengatakan, Uni Afrika, Tiongkok dan negara-negara Barat seharusnya terlibat "pada tingkat diplomatik tertinggi untuk menengahi kesepakatan antara kedua pihak." Dikatakan, perselisihan antara kedua negara Sudan menjadi semakin tegang, sementara keduanya mengisyaratkan terulangnya perang memang mungkin.
Kedua negara terlibat sengketa mengenai seberapa besar uang yang harus dibayar Sudan Selatan untuk menggunakan infrastruktur minyak Sudan Utara. Sudan Selatan tidak punya kapasitas penyulingan dan bergantung pada pipa Sudan utara untuk mengekspor minyak mentahnya.