Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki, mengadakan pertemuan ketujuh dari dialog tingkat tinggi pada Selasa (28/11) menjelang COP28.
Moussa mengatakan bahwa dunia sedang menghadapi masa sulit dalam hal perdamaian dan keamanan, menekankan betapa pentingnya pendanaan yang memadai untuk upaya pemeliharaan perdamaian dan kemajuan prasarana energi.
“Secara ekonomi, ada juga tantangan yang signifikan. Ada tiga krisis, seperti Anda tahu, yaitu COVID, perubahan iklim – yang paling parah dialami oleh Afrika – dan perang di Ukraina. Dan dampaknya terhadap pasokan pangan, terutama gandum dan pupuk,” kata Moussa.
“Kita tiba semalam COP28 berlangsung, Sekretaris Jenderal dan saya akan menghadiri konferensi tersebut. Konferensi besar ini harus menjadi kesempatan bagi kita untuk mengadvokasi soal Afrika, yang terdampak parah oleh perubahan iklim, walaupun berkontribusi kecil terhadap situasi itu,” tambahnya.
Sementara itu, Guterres mengatakan Afrika tetap menjadi kemitraan strategis dan “penting” bagi PBB dan ia berjanji untuk memperjuangkan keadilan.
“Yang paling dibutuhkan Afrika adalah keadilan dalam hubungan internasional, karena Afrika telah menjadi korban ketidakadilan struktural dalam hubungan internasional kita,” katanya.
Pembicaraan iklim COP28 berlangsung di Dubai mulai Kamis (30/11).
Pertemuan para pemimpin internasional yang berlangsung selama dua minggu itu bertujuan menilai posisi dunia dalam membatasi emisi guna memperlambat pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dibandingkan dengan masa pra-industri.
Para pejabat Uni Emirat Arab mengatakan pada Selasa bahwa mereka memperkirakan sebanyak 70.000 pengunjung, termasuk para kepala negara, akan hadir dalam sejumlah diskusi dalam konferensi tersebut. [ps/lt/rs]
Forum