Sekjen PBB Antonio Guterres hari Jumat (3/1) kembali menyerukan gencatan senjata segera di Libya dan semua pihak yang bertikai kembali ke pembicaraan.
Dalam pernyataan yang dibacakan wakil juru bicaranya, Guterres memperingatkan, “dukungan asing dari mana pun kepada pihak-pihak yang bertikai hanya akan memperdalam konflik yang sedang berlangsung dan semakin mempersulit upaya mencapai solusi politik yang damai dan komprehensif.''
Guterres menyatakan itu setelah parlemen Turki hari Kamis (2/1) menyetujui pengerahan pasukan ke Libya untuk mendukung pemerintah yang didukung PBB di Tripoli yang memerangi pasukan yang loyal kepada pemerintah saingan yang hendak merebut ibu kota.
Turki mengatakan pengerahan pasukan itu penting baginya guna melindungi kepentingannya di Libya dan di Laut Tengah timur, di mana ia mendapati dirinya semakin terisolasi ketika Yunani, Siprus, Mesir dan Israel membentuk zona ekonomi eksklusif yang membuka jalan bagi eksplorasi minyak dan gas.
Libya terjebak kekacauan sejak perang saudara tahun 2011 yang menjatuhkan Moammar Gadhafi, yang kemudian dibunuh. Dalam kekacauan yang terjadi kemudian, negara itu terpecah, dengan pemerintahan yang didukung PBB yang lemah di Tripoli menguasai bagian barat negara itu dan pemerintah saingannya di timur bersekutu dengan Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar, masing-masing didukung milisi dan pemerintah asing.
Sementara LNA dan pemerintah di Libya timur didukung Perancis, Rusia, Yordania, Uni Emirat Arab dan negara-negara besar Arab lainnya, pemerintah yang berbasis di Tripoli didukung oleh Turki, Italia dan Qatar.
Keputusan parlemen Turki untuk mengerahkan pasukan dikecam negara tetangga Mesir, yang mendukung Haftar.(ka/pp)