Ban Ki-moon mengatakan kemungkinan keterlibatan kelompok al-Qaida dalam kerusuhan Suriah telah menciptakan lagi masalah yang sangat gawat, Kamis (18/5).
Dalam pidatonya pada acara pemuda PBB, ia juga mengatakan jumlah yang tewas dalam kerusuhan anti-pemerintah selama 15 bulan ini mungkin telah mencapai 10 ribu orang.
Dua ledakan bom mobil menggetarkan ibukota tanggal 10 Mei, yang menjatuhkan korban jiwa terbanyak di negara itu sejak awal pergolakan oposisi. Satu kelompok militan jahat yang bernama Front al-Nusra telah mengaku bertanggung jawab.
Serangan itu telah merusak gencatan senjata yang dirundingkan oleh utusan internasional Kofi Annan.
Kekerasan pecah lagi hari Kamis. Kelompok hak azasi oposisi Syrian Observatory for Human Rights mengatakan tembakan senapan mesin menewaskan tiga orang di daerah Homs dan tembakan artileri pemerintah menewaskan orang yang ke-4 di tempat lain di negara itu.
Observatory dan media pemerintah Suriah mengatakan pembunuh melepaskan tembakan terhadap bus yang membawa petugas penegak hukum di Homs hari Kamis, menewaskan satu orang. Pemerintah mengatakan serangan itu dilakukan oleh teroris bersenjata.
Dalam perkembangan lain, oposisi Suriah yang sudah terpecah-belah menderita satu pukulan lagi ketika pimpinan yang baru terpilih kembali koalisi pengasingan utama meletakkan jabatan.
Ketua Dewan Nasional Suriah atau SNC, Burhan Ghallioun, menyebut alasannya meletakkan jabatan adalah kecaman mengenai kepemimpinannya dan pertikaian yang telah melemahkan kelompok-kelompok yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Ghalioun mengatakan hari Kamis ia tidak ingin menjadi penyebab perpecahan dalam koalisi oposisi dan akan mengundurkan diri segera setelah penggantinya dipilih melalui konsensus atau pemilihan.
Cendikiawan sekuler yang berbasis di Paris itu telah menjabat sebagai ketua SNC sejak pembentukannya tahun lalu dan dipilih hari Selasa untuk masa jabatan tiga bulan lagi oleh mayoritas anggota SNC yang menghadiri pertemuan di Roma. Ghallioun berjanji untuk tetap aktif dalam organisasi itu setelah peletakan jabatannya.
Dalam pidatonya pada acara pemuda PBB, ia juga mengatakan jumlah yang tewas dalam kerusuhan anti-pemerintah selama 15 bulan ini mungkin telah mencapai 10 ribu orang.
Dua ledakan bom mobil menggetarkan ibukota tanggal 10 Mei, yang menjatuhkan korban jiwa terbanyak di negara itu sejak awal pergolakan oposisi. Satu kelompok militan jahat yang bernama Front al-Nusra telah mengaku bertanggung jawab.
Serangan itu telah merusak gencatan senjata yang dirundingkan oleh utusan internasional Kofi Annan.
Kekerasan pecah lagi hari Kamis. Kelompok hak azasi oposisi Syrian Observatory for Human Rights mengatakan tembakan senapan mesin menewaskan tiga orang di daerah Homs dan tembakan artileri pemerintah menewaskan orang yang ke-4 di tempat lain di negara itu.
Observatory dan media pemerintah Suriah mengatakan pembunuh melepaskan tembakan terhadap bus yang membawa petugas penegak hukum di Homs hari Kamis, menewaskan satu orang. Pemerintah mengatakan serangan itu dilakukan oleh teroris bersenjata.
Dalam perkembangan lain, oposisi Suriah yang sudah terpecah-belah menderita satu pukulan lagi ketika pimpinan yang baru terpilih kembali koalisi pengasingan utama meletakkan jabatan.
Ketua Dewan Nasional Suriah atau SNC, Burhan Ghallioun, menyebut alasannya meletakkan jabatan adalah kecaman mengenai kepemimpinannya dan pertikaian yang telah melemahkan kelompok-kelompok yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Ghalioun mengatakan hari Kamis ia tidak ingin menjadi penyebab perpecahan dalam koalisi oposisi dan akan mengundurkan diri segera setelah penggantinya dipilih melalui konsensus atau pemilihan.
Cendikiawan sekuler yang berbasis di Paris itu telah menjabat sebagai ketua SNC sejak pembentukannya tahun lalu dan dipilih hari Selasa untuk masa jabatan tiga bulan lagi oleh mayoritas anggota SNC yang menghadiri pertemuan di Roma. Ghallioun berjanji untuk tetap aktif dalam organisasi itu setelah peletakan jabatannya.