Dalam kunjungan ke Cox's Bazar, di mana ratusan ribu pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kisah perkosaan dan pembunuhan yang didengarnya “tidak terbayangkan.”
“Di Cox's Bazar, Bangladesh, saya baru saja mendengar kisah tak terbayangkan tentang pembunuhan dan perkosaan dari pengungsi Rohingya yang baru-baru ini melarikan diri dari Myanmar. Mereka menginginkan keadilan dan pulang dengan selamat,” kata Guterres dalam cuitannya lewat Twitter.
Guterres mengunjungi kamp pengungsi di Cox's Bazaar bersama Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dan Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Filippo Grandi, sehari setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
Lebih dari 700.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar utara sejak 25 Agustus, setelah serangan oleh militan Rohingya terhadap pasukan keamanan negara itu menyebabkan pembalasan militer. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan militer membalas dengan cara yang terorganisir, sistematis dan terkoordinasi, suatu “contoh standar” pembersihan etnis.
Warga Rohingya yang melarikan diri telah menceritakan laporan-laporan mengerikan tentang tindakan militer dalam pembakaran desa-desa mereka di negara bagian Rakhine, pemerkosaan, pembunuhan, penjarahan dan pemasangan ranjau darat untuk mencegah mereka kembali ke rumah.
Pekan lalu, sebuah laporan oleh penyelidik PBB memperingatkan tingkat pelanggaran hak asasi manusia dan dan kekejaman terhadap rakyat Myanmar yang belum pernah terjadi sebelumnya tidak akan berakhir tanpa tindakan konkret oleh komunitas internasional terhadap pemerintah dan otoritas militer di negara itu. [lt]