Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, tiba di Timor Leste pada Rabu (28/8), untuk menghadiri perayaan menjelang peringatan 25 tahun referendum dan kemerdekaan negara itu.
“Dalam 25 tahun sejak referendum, Timor Leste telah mengambil langkah-langkah yang konsisten dan bekerja keras untuk menciptakan masyarakat yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi rakyatnya. Negara Anda mungkin tidak memiliki wilayah yang luas, tetapi telah mampu menghadapi sejumlah tantangan terbesar dalam era kita,” kata Guterres.
Selama kunjungannya, Guterres ditemui dengan hangat, disambut anak-anak berpakaian adat dan sorak-sorai antusias mereka, di jalan-jalan ibu kota, Dili.
Guterres mengadakan pertemuan dengan Presiden Jose Ramos-Horta di Istana Kepresidenan, di mana mereka membahas tantangan yang sedang berlangsung dan perlunya kerja sama internasional dalam mengatasi perubahan iklim.
“Di seluruh Pasifik, kekacauan iklim memengaruhi mereka yang justru paling tidak menjadi penyebabnya. Dan inilah saatnya untuk bertindak melawan perubahan iklim dan memperkuat langkah-langkah untuk melindungi rakyat Timor,” kata Guterres kepada wartawan selama konferensi pers bersama Ramos-Horta.
Sementara Presiden Timor Leste, Ramos Horta menceritakan bagaimana Guterres membantu negara itu mencapai kemerdekaannya. Dia mengatakan, ketika berbicara dengan Presiden AS ketika itu, Bill Clinton, yang menyebut bahwa orang yang paling menyentuhnya terhadap isu Timor Timur adalah Antonio Guterres.
“Saya kemudian ingin memperdalam isu ini. Saya berbicara dengan beberapa teman yang bekerja dengan Bill Clinton. Bertahun-tahun kemudian, saya meminta mereka untuk mengonfirmasi. Mereka mengonfirmasi. Dengan belas kasih Anda, kepemimpinan yang penuh belas kasih, Anda meyakinkan Bill Clinton bahwa ini adalah kesempatan bagi Amerika Serikat untuk mendukung kami. Dua malam kemudian, Presiden Habibi tampil di televisi dan mengatakan Indonesia menerima pasukan PBB di Timor Leste,” kata Horta. [ns/ka]
Forum