Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Rabu (19/1) mengungkapkan harapan untuk menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung lebih dari setahun di Ethiopia utara, dan telah menyebabkan jutaan orang di ambang kelaparan.
Dalam sebuah pernyataan, Guterres mengatakan ia Rabu berbicara dengan mantan presiden Nigeria Olusegun Obasanjo, yang merupakan utusan utama Uni Afrika untuk Tanduk Afrika. Uni Afrika memimpin upaya mediasi dalam konflik Ethiopia dan Obasanjo telah melakukan perundingan dengan pihak-pihak sejak ia menjabat pada bulan Agustus, untuk membangun dukungan bagi gencatan senjata dan pembicaraan.
"Obasanjo menjelaskan kepada saya tentang upaya yang dilakukan oleh pemerintah Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) untuk bergerak menuju resolusi konflik kekerasan dan menyatakan optimis bahwa sekarang ada peluang nyata untuk resolusi politik dan diplomatik konflik, ” kata pernyataan itu.
Pada 24 Desember, pemerintah federal Ethiopia mengumumkan pasukan pertahanannya akan menangguhkan langkah mereka saat ini, sementara pasukan Tigrey mengatakan telah mundur dari wilayah tetangga Amhara dan Afar dan kembali ke Tigray.
Sekjen PBB mengatakan Obasanjo melaporkan tentang kunjungan terakhirnya ke ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, dan ke Mekelle, ibu kota wilayah Tigray.
“Saya senang bahwa setelah lebih dari satu tahun konflik bersenjata yang telah berdampak pada jutaan orang di seluruh Ethiopia dan wilayah lainnya, sekarang ada upaya nyata untuk berdamai,” kata Guterres.
PBB selama berbulan-bulan telah memperingatkan bahwa konflik yang semakin intensif berisiko menjadi perang saudara besar-besaran dan mengancam stabilitas seluruh Tanduk Afrika.
Guterres mengatakan operasi militer yang sedang berlangsung di beberapa bagian negara itu terus menjadi tantangan bagi proses perdamaian. [my/jm]