WASHINGTON —
Sebelum badai super Sandy menghantam dengan kekuatan penuh, para siswa di Amerika dapat membaca mengenai sistem cuaca yang melanda pesisir Timur AS dalam buku teks mereka.
Selamat datang ke rak buku digital baru, dimana buku pelajaran dari kertas dan tinta telah diganti iPad dan tas sekolah menjadi lebih ringan. Para penerbit memperbarui buku-buku pelajaran hampir secara langsung dengan peristiwa atau riset terkini. Semakin banyak sekolah yang menggunakan tablet komputer sebagai cara untuk mempertahankan ketertarikan siswa, menghadiahi prestasi mereka dan, dalam beberapa kasus, menurunkan biaya per murid.
“Kami harus menggunakan teknologi untuk memberdayakan guru dan memperbaiki cara murid belajar,” ujar Joel Klein, mantan kepala sekolah di New York yang sekarang memimpin program tablet pendidikan yang dilakukan perusahaan media News Corp.
“Teknologi pendidikan akan mengubah wajah pendidikan dengan membantu guru mengelola kelas dan menjadikan instruksi lebih personal.”
News Corp. memperkenalkan tablet Amplify, Rabu (6/3) di konferensi South by Southwest di Austin, Texas. Dengan harga US$299 (Rp 2,9 juta), tablet berukuran 10 inci itu bekerja dengan sistem Internet nirkabel di sekolah dan memiliki perangkat lunak supaya guru dapat mengawasi aktivitas masing-masing siswa, membuat survei dan menyediakan tes anonim untuk menguji pemahaman murid.
Memberi alat untuk setiap siswa bukan persoalan mudah. Sekitar 2.000 sekolah sudah bermitra dengan Google untuk menggunakan Chromebooks, dengan harga mulai $199. Sekitar 20 juta siswa dan guru di Amerika Serikat sudah menggunakannya.
Sebuah studi dari Pew Research Center mengenai Internet dan kehidupan di Amerika menemukan bahwa lebih dari 40 persen siswa atau guru menggunakan semacam tablet di kelas dalam proyek penulisan nasional mereka.
Jumlah itu diperkirakan akan meningkat.
Christine Quinn, ketua Dewan Perwakilan Rakyat New York City, telah menyarankan penggantian buku pelajaran – yang menghabiskan anggaran kota $100 juta per tahun – dengan tablet. Sekolah-sekolah di Los Angeles bulan lalu mengalokasikan $50 juta untuk mulai membeli tablet untuk setiap siswa. Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan biaya $500 juta secara total.
Sekolah-sekolah di McAllen, Texas, mendistribusikan 6.800 tablet Apple tahun lalu dengan biaya $20,5 juta.
Distrik sekolah independen Eanes di Austin membagikan lebih dari 2.000 iPad untuk setiap siswa, mulai dari taman kanak-kanak sampai kelas tiga SMA. Biayanya $1,2 juta.
"Tantangan terbesar adalah bahwa siswa-siswa ini tumbuh dalam dunia digital, tapi ketika di sekolah, mereka harus menanggalkan semua alat itu,” ujar Scott Kinney, yang melatih guru menggunakan produk Discovery Education yang dapat dipakai di berbagai sarana.
"Anak-anak sangat nyaman memakai ini, jadi mengapa kita tidak menjangkau mereka dengan cara yang paling bermanfaat?”
Discovery, penyedia konten digital teratas untuk sekolah-sekolah di AS, menyadari potensinya untuk membuat murid tetap tertarik belajar dengan materi yang terus diperbarui. Sebagai contoh, pelajaran sains untuk murid kelas enam sampai SMA memasukkan badai super Sandy dalam beberap minggu setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Para siswa dapat menelusuri jejak badai menggunakan peta digital, membandingkan perubahan tekanan dengan kecepatan angin dan mengusulkan rencana pembersihan ke pemerintah daerah, bahkan saat petugas pembersihan sedang bekerja.
Pembaruan materi yang cepat adalah manfaat utama dalam peralihan ke buku pelajaran digital ini. Demikian juga dengan fungsi bahasa. Murid yang mengerjakan pekerjaan rumah bersama orangtua yang tidak fasih Bahasa Inggris dapat mengubah materi ke dalam Bahasa Spanyol.
Manfaat lain adalah biaya buku digital. Pelajaran-pelajaran Discovery -- yang disebut Techbooks dan dapat dijalankan di laptop, komputer meja, iPad atau tablet lain – berharga antara $38 dan $55 per siswa untuk langganan selama enam tahun. Biaya buku pelajaran tradisional adalah $70 per siswa.
Lebih dari setengah juta siswa di AS sekarang menggunakan teks dari Discovery di 35 negara bagian dengan berbagai sarana.
Namun teknologi tidak menjamin keberhasilan.
“Jika guru tidak tahu cara menggunakannya, jelas hal itu tidak akan mengubah apa-apa,” ujar Mevlut Kaya, guru komputer di Orlando Science Schools, sebuah program yang menawarkan setiap murid iPad jika ia dapat mencapai indeks prestasi akumulatif 3,5.
Di sekolah swasta Avenues The World School di New York City, setiap siswa menerima iPad dan kemudian iPad dan MacBook Air untuk sekolah dasar. Sekolah tersebut tidak membeli buku pelajaran, dan di banyak kasus, para guru secara otomatis mengirim bahan bacaan dan pekerjaan rumah kepada siswa lewat jaringan Internet nirkabel sekolah.
Sistem ini biasa saja untuk para murid yang seringkali telah menguasai teknologi tersebut.
“Mereka hidup di dunia dengan hal-hal seperti ini, memiliki iPad atau telepon pintar,” ujar Dirk Delo, kepala divisi teknologi sekolah.
Namun tidak berarti semua harus berubah secara instan, menurut para pengamat pendidikan.
"Seringkali program-program teknologi yang saya amati hanya fokus pada alat dan permukaan, bukannya peningkatan pembelajaran,” ujar Klein.
“Di banyak distrik sekolah, para guru diberikan teknologi yang mereka pikir tidak efektif atau mereka tidak tahu cara menggunakannya. Kita tidak ingin kejadian adanya tumpukan laptop yang tidak dipakai di belakang kelas berulang lagi,” tambahnya. (AP/Philip Elliott)
Selamat datang ke rak buku digital baru, dimana buku pelajaran dari kertas dan tinta telah diganti iPad dan tas sekolah menjadi lebih ringan. Para penerbit memperbarui buku-buku pelajaran hampir secara langsung dengan peristiwa atau riset terkini. Semakin banyak sekolah yang menggunakan tablet komputer sebagai cara untuk mempertahankan ketertarikan siswa, menghadiahi prestasi mereka dan, dalam beberapa kasus, menurunkan biaya per murid.
“Kami harus menggunakan teknologi untuk memberdayakan guru dan memperbaiki cara murid belajar,” ujar Joel Klein, mantan kepala sekolah di New York yang sekarang memimpin program tablet pendidikan yang dilakukan perusahaan media News Corp.
“Teknologi pendidikan akan mengubah wajah pendidikan dengan membantu guru mengelola kelas dan menjadikan instruksi lebih personal.”
News Corp. memperkenalkan tablet Amplify, Rabu (6/3) di konferensi South by Southwest di Austin, Texas. Dengan harga US$299 (Rp 2,9 juta), tablet berukuran 10 inci itu bekerja dengan sistem Internet nirkabel di sekolah dan memiliki perangkat lunak supaya guru dapat mengawasi aktivitas masing-masing siswa, membuat survei dan menyediakan tes anonim untuk menguji pemahaman murid.
Memberi alat untuk setiap siswa bukan persoalan mudah. Sekitar 2.000 sekolah sudah bermitra dengan Google untuk menggunakan Chromebooks, dengan harga mulai $199. Sekitar 20 juta siswa dan guru di Amerika Serikat sudah menggunakannya.
Sebuah studi dari Pew Research Center mengenai Internet dan kehidupan di Amerika menemukan bahwa lebih dari 40 persen siswa atau guru menggunakan semacam tablet di kelas dalam proyek penulisan nasional mereka.
Jumlah itu diperkirakan akan meningkat.
Christine Quinn, ketua Dewan Perwakilan Rakyat New York City, telah menyarankan penggantian buku pelajaran – yang menghabiskan anggaran kota $100 juta per tahun – dengan tablet. Sekolah-sekolah di Los Angeles bulan lalu mengalokasikan $50 juta untuk mulai membeli tablet untuk setiap siswa. Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan biaya $500 juta secara total.
Sekolah-sekolah di McAllen, Texas, mendistribusikan 6.800 tablet Apple tahun lalu dengan biaya $20,5 juta.
Distrik sekolah independen Eanes di Austin membagikan lebih dari 2.000 iPad untuk setiap siswa, mulai dari taman kanak-kanak sampai kelas tiga SMA. Biayanya $1,2 juta.
"Tantangan terbesar adalah bahwa siswa-siswa ini tumbuh dalam dunia digital, tapi ketika di sekolah, mereka harus menanggalkan semua alat itu,” ujar Scott Kinney, yang melatih guru menggunakan produk Discovery Education yang dapat dipakai di berbagai sarana.
"Anak-anak sangat nyaman memakai ini, jadi mengapa kita tidak menjangkau mereka dengan cara yang paling bermanfaat?”
Discovery, penyedia konten digital teratas untuk sekolah-sekolah di AS, menyadari potensinya untuk membuat murid tetap tertarik belajar dengan materi yang terus diperbarui. Sebagai contoh, pelajaran sains untuk murid kelas enam sampai SMA memasukkan badai super Sandy dalam beberap minggu setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Para siswa dapat menelusuri jejak badai menggunakan peta digital, membandingkan perubahan tekanan dengan kecepatan angin dan mengusulkan rencana pembersihan ke pemerintah daerah, bahkan saat petugas pembersihan sedang bekerja.
Pembaruan materi yang cepat adalah manfaat utama dalam peralihan ke buku pelajaran digital ini. Demikian juga dengan fungsi bahasa. Murid yang mengerjakan pekerjaan rumah bersama orangtua yang tidak fasih Bahasa Inggris dapat mengubah materi ke dalam Bahasa Spanyol.
Manfaat lain adalah biaya buku digital. Pelajaran-pelajaran Discovery -- yang disebut Techbooks dan dapat dijalankan di laptop, komputer meja, iPad atau tablet lain – berharga antara $38 dan $55 per siswa untuk langganan selama enam tahun. Biaya buku pelajaran tradisional adalah $70 per siswa.
Lebih dari setengah juta siswa di AS sekarang menggunakan teks dari Discovery di 35 negara bagian dengan berbagai sarana.
Namun teknologi tidak menjamin keberhasilan.
“Jika guru tidak tahu cara menggunakannya, jelas hal itu tidak akan mengubah apa-apa,” ujar Mevlut Kaya, guru komputer di Orlando Science Schools, sebuah program yang menawarkan setiap murid iPad jika ia dapat mencapai indeks prestasi akumulatif 3,5.
Di sekolah swasta Avenues The World School di New York City, setiap siswa menerima iPad dan kemudian iPad dan MacBook Air untuk sekolah dasar. Sekolah tersebut tidak membeli buku pelajaran, dan di banyak kasus, para guru secara otomatis mengirim bahan bacaan dan pekerjaan rumah kepada siswa lewat jaringan Internet nirkabel sekolah.
Sistem ini biasa saja untuk para murid yang seringkali telah menguasai teknologi tersebut.
“Mereka hidup di dunia dengan hal-hal seperti ini, memiliki iPad atau telepon pintar,” ujar Dirk Delo, kepala divisi teknologi sekolah.
Namun tidak berarti semua harus berubah secara instan, menurut para pengamat pendidikan.
"Seringkali program-program teknologi yang saya amati hanya fokus pada alat dan permukaan, bukannya peningkatan pembelajaran,” ujar Klein.
“Di banyak distrik sekolah, para guru diberikan teknologi yang mereka pikir tidak efektif atau mereka tidak tahu cara menggunakannya. Kita tidak ingin kejadian adanya tumpukan laptop yang tidak dipakai di belakang kelas berulang lagi,” tambahnya. (AP/Philip Elliott)