Sekutu-sekutu Barat di kawasan Indo-Pasifik telah mengemukakan kekhawatiran terkait latihan militer China di sekitar Taiwan dan berupaya meningkatkan hubungan dengan AS, Eropa dan NATO dalam menanggapi tindakan Beijing.
China memulai latihan militernya di sekitar Taiwan hari Kamis (4/8), tampaknya sebagai pembalasan atas kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei awal pekan ini. China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Tentara Pembebasan Rakyat China menyatakan kegiatan tersebut akan melatih penerapan blokade laut dan udara.
Rudal
Jepang mengatakan lima rudal mendarat di dalam zona ekonomi eksklusifnya di sekitar pulau yang diklaimnya dekat dengan Taiwan. “Ini pertama kalinya ada lima rudal China mendarat di dalam wilayah zona ekonomi eksklusif Jepang. Kami melancarkan protes kuat melalui saluran-saluran diplomatik,” kata Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi kepada wartawan hari Kamis (4/8).
Pelosi tiba di Tokyo hari Jumat (5/8), persinggahan terakhir dalam lawatannya ke Asia bersama dengan beberapa anggota parlemen AS lainnya. Ia bertemu dengan PM Jepang Fumio Kishida. Kedua sekutu ini berjanji akan bekerja bersama untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, yang merupakan jalur pelayaran penting.
Ada kegelisahan di Jepang terkait efek kunjungan Pelosi ke Taipei, kunjungan tingkat tertinggi oleh pejabat AS dalam 25 tahun, kata Ryo Sahashi, profesor politik internasional di University of Tokyo.
“Saya pikir situasinya benar-benar serius. Dan poin saya pertama adalah, apakah krisis ini benar-benar perlu? Apakah ini benar-benar memiliki manfaat strategis untuk kami? Saya kira tidak demikian. Dan kedua, pemerintah Jepang mungkin tidak memprediksi secara tepat mengenai tanggapan China,” kata Sahashi kepada VOA.
Penguatan Hubungan
Pasukan pertahanan Jepang ambil bagian dalam latihan militer Garuda Shield bulan ini di Indonesia untuk pertama kalinya, bersama dengan AS, Australia dan Singapura. Ini mengisyaratkan penguatan hubungan dengan sekutu regional dan NATO.
Sementara itu Jepang, Korea Selatan dan Australia ambil bagian dalam KTT NATO bulan Juni di Madrid.
“Kami harus membuat kemitraan besar, bukan hanya untuk melawan Rusia tetapi juga untuk melawan ambisi China,” kata Sahashi. “Jadi dari perspektif itu, ini benar-benar sangat penting bagi strategi Indo-Pasifik kami. Dan menurut saya ini tidak bisa dihentikan, dan arah ini tidak akan berubah.”
Pertahanan Taiwan
Sewaktu mengunjungi Jepang pada bulan Mei, Presiden AS Joe Biden mengatakan ia akan bersedia menggunakan kekuatan untuk membela Taiwan, komentar yang memicu kemarahan Beijing dan tampaknya mengulur batas kebijakan “ambiguitas strategis” AS terhadap Taiwan.
“Kami membuat komitmen. Kami mendukung kebijakan Satu China. Ini bukan berarti China … memiliki yurisdiksi untuk masuk dan menggunakan kekuatan untuk mengambil alih Taiwan. Jadi kami bersikap tegas dengan Jepang dan negara-negara lain untuk tidak membiarkan hal itu terjadi,” kata Biden ketika itu.
Gedung Putih tidak mendukung kunjungan Pelosi ke Taiwan tetapi membela haknya untuk berkunjung ke sana. Pada Juli lalu, Biden mengatakan kepada wartawan bahwa “militer berpendapat sekarang ini bukan gagasan yang baik” bagi Pelosi untuk melakukan kunjungan itu.
Hubungan Eropa
Ancaman dari China juga mendorong hubungan lebih erat antara para anggota NATO di Eropa dan sekutu-sekutu Asia mereka, kata Tetsuo Kotani, profesor kajian global di Meikai University dan peneliti senior di Japan Institute of International Affairs.
“Menurut saya latihan militer besar-besaran China akan lebih jauh menghubungkan Asia dan Eropa dalam menghadapi provokasi China,” kata Kotani kepada VOA. “Di sini di Asia, Jepang tentunya, Australia dan Selandia Baru menyambut baik komitmen lebih kuat Eropa terhadap kawasan ini. Dan yang belakangan ini, setelah perubahan pemerintahan, Korea Selatan juga mengupayakan hubungan lebih kuat dengan Eropa.” [uh/ab]
Forum