Keputusan Mahkamah Arbitrase di Den Haag itu memenangkan gugatan Filipina dan menyebut tidak ada bukti China memiliki hak historis akan sumberdaya di dalam “sembilan garis batas” yang diklaimnya. Mahkamah juga menegaskan China telah melanggar zona ekonomi eksklusif Filipina seperti yang diatur dalam Konvensi Hukum Laut PBB.
Senator Dan Sullivan menanggapi keputusan Mahkamah Abritrase itu saat ia menjadi pembicara utama pada “The Sixth Annual CSIS South China Sea Conference” yang digelar oleh Center for Strategic and International studies (CSIS) di Washington DC, hari Selasa (12/7).
Dalam sambutannya, Sullivan mengatakan, “kita harus mengapresiasi putusan Mahkamah Arbitrase Internasional ini dan memberi selamat pada Filipina atas upayanya untuk menjaga stabilitas kawasan, dan agar Filipina tahu komitmen AS yang akan selalu mendukungnya dalam hal ini.”
Komitmen untuk menjaga stabilitas di kawasan Laut China Selatan, menurut Sullivan, juga sejalan dengan konstitusi Amerika Serikat yang menjamin keamanan di perairan internasional. “Sejak negara ini berdiri, kita memang telah berkomitmen atas keamanan dan kebebasan di perairan, itulah yang ditulis oleh Thomas Jefferson. Awalnya, komitmen keamanan ini adalah dari bajak laut, tapi seiring dengan berjalannya waktu, komitmen ini juga terkait teritori,” sambungnya.
Lebih jauh Senator Dan Sullivan menilai, sikap China yang secara tegas menolak putusan dari Mahkamah Arbitrase Internasional telah menyebabkan negeri tirai bambu itu makin terasing dari negara-negara tetangganya. “Sikap China atas klaimnya ini tidak menguntungkan negara lain sama sekali selain China itu sendiri. Presiden Xi sebelumnya mengatakan tidak akan menggunakan kekuatan militer di wilayah Laut China Selatan, tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Sikap ini membuat China juga makin terasing dari negara lain di sekitarnya. Saya bisa mengatakan begini karena saya sudah bertemu banyak negara tetangga China dan keprihatinan mereka serupa. Sikap China yang makin keras pasca putusan Mahkamah membuat mereka sendiri makin terisolasi,” tandas Sullivan.
Selain Senator Dan Sullivan yang hadir sebagai pembicara utama, konferensi selama satu hari penuh ini juga diisi diskusi panel yang melibatkan perwakilan dari kedutaan besar, pengacara dan akademisi dari negara-negara yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan. [hi]