Tautan-tautan Akses

Senjata Hipersonik, Apa dan Siapa yang Punya?


Sebuah simulasi komputer menunjukkan kendaraan hipersonik Avangard dilepaskan dari roket pendorong. (Foto: via AP)
Sebuah simulasi komputer menunjukkan kendaraan hipersonik Avangard dilepaskan dari roket pendorong. (Foto: via AP)

Banyak negara sedang membicarakan upaya untuk mengembangkan senjata hipersonik, menggambarkannya sebagai “pengubah permainan.” Apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai senjata hipersonik? Siapa yang memilikinya? Seberapa revolusioner senjata ini?

Senjata hipersonik terbang dengan kecepatan sedikitnya Mach 5, dapat bermanuver dengan sangat luwes dan mampu mengubah arah selama penerbangan.

Senjata hipersonik berbeda dengan rudal balistik, yang juga dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan hipersonik – setidaknya Mach 5 – tetapi memiliki lintasan dan kemampuan manuver yang terbatas.

Rudal Hypersonic Air-breathing Weapons Concept (HAWC) terlihat dalam konsepsi seorang seniman. (Foto: Reuters)
Rudal Hypersonic Air-breathing Weapons Concept (HAWC) terlihat dalam konsepsi seorang seniman. (Foto: Reuters)

Jenis Senjata Hipersonik

Apa saja jenis-jenis senjata hipersonik? Ada dua kategori utama senjata hipersonik: kendaraan luncur dan rudal penjelajah.

Kendaraan luncur atau glide vehicles hipersonik diluncurkan dari roket. Kendaraan meluncur, dan kemudian memisahkan diri dari roket, “meluncur” dengan kecepatan setidaknya Mach 5 menuju sasaran.

Sementara rudal jelajah atau cruise missiles hipersonik memiliki tenaga dari mesin berkecepatan tinggi.

Apa signifikansi keduanya? Kemampuan untuk meluncurkan senjata yang dapat bermanuver baik dengan kecepatan hipersonik akan memberi negara mana pun keuntungan yang cukup besar, karena senjata semacam ini dapat menghindari hampir semua sistem pertahanan yang sedang digunakan.

“Tidak masalah apapun ancamannya, jika kita tidak dapat melihatnya maka kita tidak dapat bertahan melawannya,” ujar Jendral John Hyten, mantan wakil ketua Kepala Staf Gabungan di Washington DC, Januari 2020 lalu.

Sebagai panglima Komando Khusus Amerika pada tahun 2018, Hyten mengatakan “kita tidak memiliki sistem pertahanan apapun yang dapat menyangkal penyebaran senjata semacam itu terhadap kita... Pertahanan kita adalah kemampuan pencegahan.”

Para pejabat Amerika telah mengatakan bahwa meskipun ada beberapa radar berbasis darat yang dapat mendeteksi senjata hipersonik, tidak cukup memberi peringatan yang memadai tentang serangan. Pejabat-pejabat, seperti Hyten, yang sekarang sudah pensiun, telah menganjurkan untuk membangun sistem radar berbasis ruang angkasa.

Senjata Hipersonik vs Rudal Balistik, Apa Perbedaannya?

Rudal balistik juga dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan hipersonik setidaknya Mach 5, tetapi ada lintasan yang telah ditetapkan dan kemampuan manuvernya terbatas.

Sebuah simulasi komputer menunjukkan manuver kendaraan hipersonik Avangard untuk melewati pertahanan rudal dalam perjalanan ke sasaran. (Foto: via AP)
Sebuah simulasi komputer menunjukkan manuver kendaraan hipersonik Avangard untuk melewati pertahanan rudal dalam perjalanan ke sasaran. (Foto: via AP)

Siapa yang Mengembangkan Senjata Hipersonik?

Amerika, Rusia dan China sedang mengembangkan jenis senjata hipersonik ini. Beberapa negara lain juga sedang melakukan penelitian tentang senjata itu, sementara lainnya mengklaim telah menguji senjata hipersonik itu, meski belum dapat diverifikasi.

Militer Amerika telah mengajukan anggaran 3,8 miliar dolar untuk mengembangkan senjata hipersonik pada tahun fiskal 2022 ini. Juga 246,9 juta dolar untuk penelitian pertahanan hipersoik.

Sebagian besar senjata hipersonik Amerika masih dalam tahap pengembangan atau pengujian. Namun, setidaknya ada satu sistem yang semoga dapat mencapai kemajuan operasional pada awal tahun ini. Senjata hipersonik Amerika dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional.

Rusia telah mengejar pengembangan teknologi senjata hipersonik ini sejak tahun 1980an. Pejabat-pejabat militer Rusia pada Sabtu (19/3) mengatakan mereka untuk pertama kalinya menembakkan rudal hipersonik di Ukraina untuk menarget tempat penyimpanan senjata bawah tanah di bagian barat negara itu.

Sebuah pesawat tempur MiG-31K dari angkatan udara Rusia membawa rudal jelajah hipersonik Kinzhal yang diparkir di lapangan udara selama latihan militer. (Foto: AP)
Sebuah pesawat tempur MiG-31K dari angkatan udara Rusia membawa rudal jelajah hipersonik Kinzhal yang diparkir di lapangan udara selama latihan militer. (Foto: AP)

Pada 2018 Presiden Vladimir Putin membual tentang rudal hipersonik Kinzhal dan kendaraan luncur hipersonik Avangard. Moskow juga mengembangkan Tsirkon, rudal jejah hipersonik yang diluncurkan dari kapal. Laporan mengindikasikan Avangrad membawa kepala nuklir. Kantor-kantor media Russia kemudian mengklaim bahwa Avangrad telah digunakan sejak Desember 2019.

Dalam perkembangan lainnya pejabat-pejabat militer dan intelijen China mengatakan China sedang mengejar ketertinggalan pembuatan rudal jelajah hipersonik dan kendaraan peluncur hipersonik, dan bahwa sedikitnya satu piranti yang mampu membawa kendaraan seluncur hipersonik kini justru digunakan. Pejabat-pejabat Amerika mengatakan Beijing sedang mengumpulkam “ratusan” uji senjata hipersonik.

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan antara tahun 2016-2021 Beijing telah melakukan “ratusan” uji senjata hipersonik. Sementara Washington hanya melakukan sembilan tes selama periode yang sama.

Ketua Kepala Staff Gabungan Amerika Jendral Mark Milley menggambarkan uji hipersonik China yang dilakukan pada Agustus 2021 itu sebagai “sangat signifikan.” “Kami menyaksikan salah satu perubahan terbesar dalam kekuatan geostrategis global... dan ini hanya terjadi sesekali,” tambahnya.

Menurut kantor berita KCNA, Korea Utara mengklaim sejauh ini telah berhasil melakukan uji penembakan dua rudal hipersonik tahun ini, satu pada tanggal 5 Januari dan yang terbaru pada 11 Januari. Pejabat-pejabat Amerika belum mengkonfirmasi klaim ini, dan menggambarkan peluncuran itu hanya sebagai uji rudal balistik. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan rudal hipersonik akan sangat meningkatkan “pencegahan perang” nuklir di negaranya, posisi yang menurut banyak pakar akan menempatkan Korea Selatan dalam bahaya.

Australia, India, Prancis, Jerman dan Jepang juga sedang mengembangkan teknologi senjata hipersonik.

Sementara Iran, Israel dam Korea Selatan dilaporkan telah melakukan apa yang disebut sebagai “penelitian dasar” pada senjata hipersonik. [em/ah]

XS
SM
MD
LG