Rusia menolak tuduhan AS bahwa pihaknya telah melanggar salah satu kewajiban perjanjian nuklir, dan bersikeras bahwa Rusia hanya menginginkan perdamaian dan stabilitas global.
"Ini sama sekali tidak boleh dianggap sebagai awal dari perlombaan senjata," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov hari Jumat (2/3).
"Senjata ini bukan ancaman bagi siapapun yang tidak berencana menyerang negara kami," tambahnya.
Komentar Peskov muncul sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyombongkan diri dalam pidato tahunan tentang persenjataan negaranya yang semakin canggih.
Putin mengatakan bahwa persenjataan tersebut termasuk rudal nuklir "tak terkalahkan" yang memiliki jangkauan tak terbatas dan mampu menghindari sistem pertahanan rudal AS.
Baca juga: Putin: Rusia Telah Uji Coba Senjata Nuklir Baru
Juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders menanggapi dengan menuduh Rusia "mengembangkan sistem persenjataan yang menganggu kestabilan selama lebih dari satu dekade dan merupakan pelanggaran langsung terhadap kewajiban dalam perjanjian nuklirnya."
NATO juga mengkritik Rusia, menyebut pernyataan Putin "tidak dapat diterima dan kontraproduktif".
"Kami tidak menginginkan sebuah Perang Dingin baru atau perlombaan senjata baru," kata juru bicara NATO Oana Lungescu dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
"Semua Sekutu mendukung perjanjian pengendalian senjata yang membangun kepercayaan dan kepastian yang menguntungkan semua orang," katanya.
"Kami terus mengupayakan militer yang lebih terprediksi dan transparan," tandasnya.
Juga pada hari Jumat, kantor berita Rusia, RIA, melaporkan Moskow telah menunda rencana pembicaraan dengan AS untuk berfokus pada stabilitas strategis.
Kantor berita tersebut mengutip seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia yang mengatakan penundaan tersebut merupakan tanggapan atas keputusan sebelumnya oleh Washington untuk membatalkan konsultasi mengenai keamanan dunia maya.
Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat telah meningkat menyusul invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014 yang dilanjutkan dengan peningkatan militer Rusia.
Anggota NATO sejak itu berjanji akan meningkatkan pengeluaran pertahanan dan memperkuat pertahanan di sepanjang sayap Timur aliansi tersebut. Namun Moskow menuduh AS dan NATO mengarahkan beberapa sistem pertahanan tersebut, termasuk baterai anti-rudal, ke Rusia.
Baik NATO maupun AS menolak tuduhan tersebut. [as]