Para pejabat di Ukraina menyatakan tiga demonstran antipemerintah tewas di ibukota, Kyiv, dalam bentrokan baru dengan polisi Rabu (22/1).
Dua demonstran diberitakan tewas akibat luka tembak. Seorang petugas medis mengatakan seorang aktivis lainnya jatuh dan tewas di lokasi bentrokan.
Menurut laporan, polisi sedang berupaya membongkar sebuah kamp protes di Kyiv, Rabu, dan melontarkan gas air mata ke arah demonstran, yang membalasnya dengan melemparkan batu dan bom rakitan ke arah polisi.
Dalam suatu pernyataan hari Rabu, Kedutaan Besar Amerika di Kyiv menyatakan telah mencabut visa beberapa warganegara Ukraina yang terkait dengan kekerasan. Nama-nama mereka tidak diungkapkan.
Sementara itu Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton hari Rabu mendesak pengakhiran segera bagi kekerasan yang kian meningkat. Setelah muncul laporan mengenai korban tewas, ia mengutuk keras kekerasan tersebut.
Hari Selasa, Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa pihak berwenang mungkin akan menggunakan kekerasan.
Azarov mengatakan kepada televisi Rusia Vesti 24 bahwa jika orang-orang yang disebutnya "provokator" tidak berhenti menghasut bentrokan, petugas tidak akan punya pilihan lain.
Jumlah pengunjuk rasa yang terluka mencapai ratusan hari Selasa, ketika para demonstran anti-pemerintah berpawai melalui jalan-jalan Kyiv untuk hari ketiga berturut-turut.
Mereka memprotes keputusan Presiden Viktor Yanukovych bulan November untuk mundur dari kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan malahan mempererat hubungan dengan Rusia.
Dua demonstran diberitakan tewas akibat luka tembak. Seorang petugas medis mengatakan seorang aktivis lainnya jatuh dan tewas di lokasi bentrokan.
Menurut laporan, polisi sedang berupaya membongkar sebuah kamp protes di Kyiv, Rabu, dan melontarkan gas air mata ke arah demonstran, yang membalasnya dengan melemparkan batu dan bom rakitan ke arah polisi.
Dalam suatu pernyataan hari Rabu, Kedutaan Besar Amerika di Kyiv menyatakan telah mencabut visa beberapa warganegara Ukraina yang terkait dengan kekerasan. Nama-nama mereka tidak diungkapkan.
Sementara itu Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton hari Rabu mendesak pengakhiran segera bagi kekerasan yang kian meningkat. Setelah muncul laporan mengenai korban tewas, ia mengutuk keras kekerasan tersebut.
Hari Selasa, Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa pihak berwenang mungkin akan menggunakan kekerasan.
Azarov mengatakan kepada televisi Rusia Vesti 24 bahwa jika orang-orang yang disebutnya "provokator" tidak berhenti menghasut bentrokan, petugas tidak akan punya pilihan lain.
Jumlah pengunjuk rasa yang terluka mencapai ratusan hari Selasa, ketika para demonstran anti-pemerintah berpawai melalui jalan-jalan Kyiv untuk hari ketiga berturut-turut.
Mereka memprotes keputusan Presiden Viktor Yanukovych bulan November untuk mundur dari kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan malahan mempererat hubungan dengan Rusia.