SEOUL —
Ratusan manajer Korea Selatan melakukan perjalanan ke pabrik gabungan, di sebelah utara garis perbatasan yang memisahkan kedua negara Korea. Tetapi mereka yang mencoba memasuki kompleks Industri Kaesong hari Rabu pagi ditolak izin masuknya oleh Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Kim Hyun-suk di Seoul menyatakan penyesalan mendalam akan tindakan Korea Utara itu. Dia mengatakan penolakan itu akan memiliki konsekuensi, jika pasokan dan makanan tidak dapat diisi ulang.
Kim mengatakan gangguan ini menimbulkan "kendala serius bagi operasi yang tepat" kompleks itu.
Dari sekitar 800 warga Korea Selatan yang menginap di zona itu, sekitar 50 di antaranya diperkirakan meninggalkan tempat itu hari Rabu, sementara sisanya memilih untuk tinggal di sana, untuk saat ini.
Ada kekhawatiran bahwa, jika pertempuran pecah antara kedua negara, semua warga Korea Selatan di Kaesong berpotensi menjadi sandera.
Hari Rabu, Menteri Pertahanan Korea Selatan memberitahu para anggota partai Majelis Nasional yang berkuasa bahwa "rencana darurat, termasuk kemungkinan aksi militer," harus disusun kalau-kalau terjadi situasi yang serius.
Meskipun sekitar 125 perusahaan Korea Selatan memiliki pabrik di sana, proyek unik itu, yang telah memproduksi barang-barang rumah tangga sejak tahun 2004, memiliki nilai ekonomi yang besar bagi Korea Utara.
50,000 dari para pekerja pabriknya adalah warga Korea Utara dan kompleks itu menghasilkan dua miliar dolar setiap tahun yang sangat dibutuhkan bagi negara yang miskin dan terisolasi itu.
Langkah Korea Utara untuk mencegah, setidaknya untuk sementara, masuknya warga Korea Selatan ke Kaesong diambil sehari setelah Pyongyang mengumumkan akan memulai kembali operasinya di kompleks reaktor Yongbyon untuk membuat senjata nuklir tambahan.
Korea Utara berada di bawah sanksi-sanksi PBB karena mengembangkan rudal nuklir dan balistik.
Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara telah membuat serangkaian deklarasi perang. Ia menolak gencatan senjata tahun 1953, bertekad melakukan serangan nuklir terhadap Amerika dan Korea Selatan serta mengumumkan keadaan perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Jenderal James Thurman, komandan 28.000 pasukan Amerika di Korea Selatan, mengatakan kepada ABC News di Kawasan Keamanan Bersama di dalam zona demiliterisasi itu bahwa situasinya sama tegangnya dengan ketika dia memegang komando pada pertengahan 2011.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Kim Hyun-suk di Seoul menyatakan penyesalan mendalam akan tindakan Korea Utara itu. Dia mengatakan penolakan itu akan memiliki konsekuensi, jika pasokan dan makanan tidak dapat diisi ulang.
Kim mengatakan gangguan ini menimbulkan "kendala serius bagi operasi yang tepat" kompleks itu.
Dari sekitar 800 warga Korea Selatan yang menginap di zona itu, sekitar 50 di antaranya diperkirakan meninggalkan tempat itu hari Rabu, sementara sisanya memilih untuk tinggal di sana, untuk saat ini.
Ada kekhawatiran bahwa, jika pertempuran pecah antara kedua negara, semua warga Korea Selatan di Kaesong berpotensi menjadi sandera.
Hari Rabu, Menteri Pertahanan Korea Selatan memberitahu para anggota partai Majelis Nasional yang berkuasa bahwa "rencana darurat, termasuk kemungkinan aksi militer," harus disusun kalau-kalau terjadi situasi yang serius.
Meskipun sekitar 125 perusahaan Korea Selatan memiliki pabrik di sana, proyek unik itu, yang telah memproduksi barang-barang rumah tangga sejak tahun 2004, memiliki nilai ekonomi yang besar bagi Korea Utara.
50,000 dari para pekerja pabriknya adalah warga Korea Utara dan kompleks itu menghasilkan dua miliar dolar setiap tahun yang sangat dibutuhkan bagi negara yang miskin dan terisolasi itu.
Langkah Korea Utara untuk mencegah, setidaknya untuk sementara, masuknya warga Korea Selatan ke Kaesong diambil sehari setelah Pyongyang mengumumkan akan memulai kembali operasinya di kompleks reaktor Yongbyon untuk membuat senjata nuklir tambahan.
Korea Utara berada di bawah sanksi-sanksi PBB karena mengembangkan rudal nuklir dan balistik.
Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara telah membuat serangkaian deklarasi perang. Ia menolak gencatan senjata tahun 1953, bertekad melakukan serangan nuklir terhadap Amerika dan Korea Selatan serta mengumumkan keadaan perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Jenderal James Thurman, komandan 28.000 pasukan Amerika di Korea Selatan, mengatakan kepada ABC News di Kawasan Keamanan Bersama di dalam zona demiliterisasi itu bahwa situasinya sama tegangnya dengan ketika dia memegang komando pada pertengahan 2011.