Satu minggu setelah dua laki-laki dibunuh karena membela dua perempuan, yang salah seorangnya mengenakan jilbab, di kereta api di Portland, Oregon, berlangsung beberapa demonstrasi di pusat kota itu.
Empat demonstrasi terpisah, termasuk dua demonstrasi yang diberi tema ‘’Trump Free Speech’’ dan ‘’No Nazis on Our Streets’’ berlangsung di pusat kota itu hari Minggu (4/6).
Polisi anti huru-hara memblokir beberapa penyebrangan jalan dan membatasi taman-taman dengan garis polisi untuk memisahkan demonstrasi yang berasal dari kelompok-kelompok berbeda, yang saling meneriakkan slogan dan melambai-lambaikan bendera.
“Akan ada sejumlah besar personil penegak hukum karena maraknya ancaman kekerasan di dunia maya yang disampaikan kelompok-kelompok berbeda,” tulis Kepolisian Portland dalam pernyataannya beberapa hari menjelang demonstrasi tersebut.
Aparat keamanan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri juga tampak di lokasi.
Hampir satu jam setelah demonstrasi dimulai, polisi Portland sudah menangkap satu orang, menyita beragam senjata api, termasuk beberapa “brass-knuckles” – yaitu alat yang bisa digunakan sebagai senjata dalam perkelahian.
Sebelumnya Taman Chapman dimana demonstrasi “No Nazis On Our Streets” berlangsung, ditutup oleh polisi karena ada laporan-laporan tentang proyektil yang dilemparkan ke arah para demonstran. Tidak ada rincian mengenai laporan tentang proyektil itu.
Beberapa saksi mata mengatakan pada VOA, polisi juga terpaksa menembakkan gas air mata tetapi tidak ada peningkatan aksi kekerasan lebih jauh. Mereka tidak tahu mengapa polisi sampai perlu menembakkan gas air mata.
Pada tanggal 26 Mei lalu seorang laki-laki menarget dua remaja putri dengan pernyataan-pernyataan anti-Muslim menggunakan bahasa yang bias atau bernada kebencian. Tiga laki-laki yang membela remaja putri itu ditikam penyerang itu, dua tewas, seorang lainnya luka parah. [em]