Harga minyak dunia turun lebih dari 1 persen, Senin (16/4), menyusul serangan udara terhadap Suriah oleh koalisi barat selama akhir pekan, Reuters melaporkan. Selain itu, peninggkatan aktivitas pengeboran minyak Amerika untuk mendapatkan produksi baru juga turut menyeret harga.
Kontrak berjangka Brent diperdagangkan turun 80 sen dari penutupan terakhir atau 1.10 persen menjadi $71.79 per barel pada pukul 06:43 GMT.
Kontrak berjangka minyak Amerika, West Texas Intermediate, melemah 58 sen atau 1.01 persen menjadi $66.71 per barel.
Seperti yang diberitakan, AS, Inggris dan Perancis menembakkan 105 misil pada Sabtu (14/4), menarget sasaran, yang menurut ketiga negara ini adalah tiga fasilitas pembuatan senjata kimia Suriah. Penyerangan ini adalah balasan atas dugaan penyerangan senjata kimia terhadap penduduk sipil di Douma pada 7 April.
Pasar-pasar di Asia membuka perdagangan pada Senin dengan hati-hati setelah penyerangan pada akhir pekan, kata para pedagang. Beberapa pihak lega setelah melihat tampaknya tidak ada peningkatan serangan.
“Setelah penyerangan terkoordinasi terhadap Suriah, harga minyak turun signifikan, (namun) dampaknya terlihat singkat dan sudah selesai,” kata Sukrit Vijayakar, Direktur Konsultan Energi Trifecta.
Pasar minyak juga mendapat tekanan dari kenaikan aktivitas pengeboran minyak Amerika Serikat.
Perusahaan energi Amerika menambah tujuh anjungan pengeboran minyak untuk memproduksi minyak di pekan 13 April. Dengan penambahan ini, jumlah anjungan minyak yang beroperasi menjadi 815, tertinggi sejak Maret 2015, menurut perusahaan jasa energi, Baker Hughes, Jumat (13/4).
Meski Suriah bukan negara produsen minyak penting, kawasan Timur Tengah secara luas adalah eksportir minyak mentan dunia yang paling penting. Ketegangan di kawasan tersebut sering membuat cemas pasar minyak.
“Para investors masih terus mengkhawatirkan dampak konflik yang lebih luas di Timur Tengah,” kata Bank ANZ. [ft]