Serangan tersebut dilakukan untuk menekan Sony agar membatalkan pemutaran film parodi mengenai pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Insiden tersebut biasa dialami perusahaan-perusahaan di Korea Selatan yang sering menjadi sasaran Korea Utara.
Simon Choi periset keamanan dunia maya dari perusahaan anti virus di Seoul, Hauri Incorporated, mempelajari kode-kode piranti lunak yang digunakan untuk meretas sistem komputer perusahaan Sony. Ia mengatakan kode-kode ini mirip dengan yang digunakan dalam sebuah serangan dunia maya pada perusahaan-perusahaan media Korea Selatan tahun 2012.
Choi mengatakan perusahaannya mengkonfirmasi bahwa piranti lunak pelumpuh komputer yang digunakan di masa lalu berasal dari alamat internet di Korea Utara, dan virus yang ditemukan dalam kasus Sony Picture sama. Jadi ia beranggapan kasus Sony Picture terkait dengan Korea Utara.
Analis keamanan lainnya menggambarkan serangan itu “didukung negara” dan beberapa sumber mengatakan bahwa pemerintah yang terlibat adalah Korea Utara. Seorang pejabat pemerintah Amerika mengutip laporan-laporan media yang mengatakan Amerika berpendapat sama tapi enggan untuk secara resmi menuduh Korea Utara melancarkan serangan teroris dunia maya.
Serangan terhadap Sony mengungkap puluhan ribu dokumen yang sensitif. Pelakunya juga mengancam akan merilis lebih banyak dokumen kecuali rencana pemutaran film “The Interview”, komedi sinis mengenai pembunuhan Kim Jong Un. Sony dan distributornya memenuhi tuntutan itu setelah para peretas yang menyebut dirinya Guardians of Peace tampaknya mengancam akan melakukan serangan fisik di bioskop-bioskop yang memutar film itu.
Pemerintah Korea Utara membantah terlibat dalam serangan dunia maya terhadap Sony tapi menyebutnya “tindakan tepat” dan mengatakan mungkin dilakukan oleh pendukung Korea Utara. Sebelumnya tahun ini Korea Utara menyebut film itu sebagai tindakan perang.
Sony memperkirakan rugi lebih dari 100 juta dolar baik untuk biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diharapkan hanya karena film itu batal diputar. Tapi analis keamanan mengatakan serangan dunia maya itu bisa menjadi ancaman yang lebih besar bagi keamanan nasional dan bisa mematikan jaringan listrik, penerbangan dan perusahaan-perusahaan keuangan.
Amerika mengatakan akan menyeret para pelaku serangan ini ke pengadilan dan mempertimbangkan serangkaian pilihan untuk merespon serangan itu. Tapi ini terbukti sulit mengingat Korea Utara sebagian besar sudah terkucil dari ekonomi global dan dikenai sanksi-sanksi PBB karena program nuklirnya.