Pemimpin kudeta yang gagal di Burkina Faso mengatakan ia khawatir ada banyak korban yang tewas setelah tentara menyerang sebuah kamp tempat para anggota pengawal kepresidenan yang memberontak ditahan dan mereka tidak mau melucuti senjata.
Jenderal Gilbert Diendere berbicara kepada Kantor Berita Perancis Selasa malam (29/9) dari tempat yang tidak diungkapkan setelah serangan tentara itu. Ia mengatakan ada keluarga dan klinik medis dalam kamp di ibukota Ouagadougou tersebut.
Diendere tampil di radio setempat sebelumnya hari itu untuk mengimbau agar para pelaku kudeta yang masih membangkang menyerahkan senjata mereka. Tentara mengatakan sampai sebanyak 300 dari ke-1300 pelaku kudeta telah menyerah.
Laporan awal mengatakan tentara pemerintah memasukinya tanpa perlawanan, tetapi tidak jelas bagaimana tembakan senjata api terjadi dan siapa yang memulainya.
Pengawal kepresidenan setuju melucuti senjata sebagai bagian dari persetujuan pekan lalu untuk mengakhiri kudeta yang tidak berhasil dan berlangsung singkat itu. Para anggota pengawal sebelumnya menuntut jaminan keselamatan bagi diri mereka dan keluarga mereka.
Pengawal dan Jenderal Diendere melancarkan kudeta mereka 16 September. Pengawal tersebut tidak senang karena pemerintah sementara melarang para pendukung mantan presiden Blaisse Compaore mencalonkan diri dalam pemilu yang akan segera diadakan.
Compaore digulingkan dalam pergolakan rakyat Oktober lalu, ketika ia berusaha untuk memperpanjang masa jabatan 27 tahun.
Pengawal dengan singkat menahan presiden, perdana menteri sementara dan beberapa anggota kabinet sebagai sandera.
Diendere dipaksa mengundurkan diri beberapa hari kemudian setelah tekanan dari para pemrotes, tentara dan blok Afrika Barat, ECOWAS. Ia telah mengatakan ia menyesal.
Burkina Faso berencana mengadakan pemilihan presiden dan parlemen tanggal 11 Oktober. Sekarang tidak jelas kapan pemilihan akan diadakan. [gp]