Militan Hizbullah di Lebanon, Rabu (27/3), meluncurkan roket ke Israel Utara sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang menewaskan tujuh orang di Lebanon Selatan.
Layanan darurat Israel mengatakan satu orang tewas oleh serangan roket di kota perbatasan Kiryat Shmona.
Militer Israel mengatakan serangan-serangannya di Lebanon menargetkan sebuah bangunan militer, menewaskan seorang anggota kelompok militan al-Jamaa al-Islamiya yang mempromosikan rencana teror yang diarahkan ke Israel.
Kantor berita AFP mengutip seorang petinggi al-Jamaa al-Islamiya yang mengatakan tujuh orang tewas di desa Hebbariye. Sumber-sumber keamanan Lebanon memberitahukan jumlah yang sama kepada Reuters.
Kekerasan lintas batas ini merupakan peristiwa terbaru yang terjadi sewaktu Israel melancarkan kampanyenya yang bertujuan untuk melenyapkan kelompok teror Hamas, sekutu Hizbullah, di Jalur Gaza.
Militer Israel, Rabu (27/3), juga melaporkan pihaknya melakukan operasi darat di area Rumah Sakit Shifa di Gaza Utara, dan secara bersamaan juga melakukan serangan udara dan pertempuran darat di kawasan Khan Younis di bagian selatan Jalur Gaza.
Berbagai upaya untuk menghentikan pertempuran sementara waktu, dengan proposal yang mencakup pembebasan sandera di Gaza dan peningkatan bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Palestina, tampaknya tidak mendekati kenyataan meskipun sudah ada resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta gencatan senjata segera.
Pembicaraan tidak langsung yang melibatkan para perunding dari AS, Mesir dan Qatar telah berlangsung berpekan-pekan. Meskipun para pejabat mengisyaratkan ada sejumlah kemajuan dalam pembicaraan itu, Israel dan Hamas pekan ini tidak menunjukkan mereka bergerak menuju kesepakatan.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada Reuters pada Selasa (26/3) bahwa Israel telah menarik para perundingnya dari Qatar setelah mengalami “kebuntuan” dalam pembicaraan untuk membebaskan 100 lebih sandera yang masih ditahan Hamas. Israel percaya bahwa lebih dari 30 orang Israel lainnya yang juga disandera pada 7 Oktober lalu telah tewas. Ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut proposal dari Hamas sebagai “tuntutan khayalan.”
Para pejabat Hamas, Senin (25/3), mengatakan mereka memberitahu para perunding bahwa Hamas tidak akan mengubah proposalnya yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan pertukaran tawanan yang disandera di Gaza dengan orang-orang Palestina yang ditahan Israel.
Pada Selasa, sekitar 300 anggota keluarga para sandera dan pendukung mereka berkumpul di luar markas Kementerian pertahanan Israel di Tel Aviv. Mereka menuntut dicapainya kesepakatan mengenai pembebasan sandera. Beberapa orang yang turut dalam protes itu mengurung diri di dalam kandang dan memegang plakat yang memuat foto orang-orang yang mereka cintai. [uh/ab]
Forum