Di wilayah kekuasaan mereka di Suriah, para ekstremis dari kelompok Negara Islam (ISIS) telah pindah ke dalam gedung-gedung apartemen milik warga sipil untuk berlindung sebelum Amerika dan sekutu-sekutunya mulai menyerang mereka Selasa dini hari (23/9), menurut para aktivis.
Hal ini merupakan salah satu tanda sulitnya upaya untuk menghancurkan kelompok tersebut dengan semata-mata bergantung pada serangan udara.
Mematahkan kekuasaan militan di kota-kota yang telah mereka rebut di Irak dan Suriah akan rumit karena kelompok tersebut dapat dengan mudah bergabung dengan penduduk. Di Mosul, Irak, para ekstremis memiliki cukup dukungan diantara populasi Muslim Sunni yang merupakan mayoritas sehingga mereka bbisa mengurangi kehadiran para pejuang mereka di jalanan tanpa harus khawatir dengan cengkeraman mereka atas kekuasaan.
Masalah lain adalah tidak adanya pasukan sekutu di darat yang mau bergerak ke untuk menguasai wilayah jika militan mundur akibat bombardir dari udara.
AS dan koalisinya telah melakukan serangan udara di Irak selama berminggu-minggu lamanya, dan pasukan pemerintah Irak, milisia Syiah dan pejuang Kurdi Irak bergerak untuk merebut dua tempat di utara setelah pemborbardiran memukul ekstremis ke belakang, yaitu waduk Mosul dan desa Amirli.
Sejauh ini serangan-serangan tidak menyasar wilayah kota yang besar seperti Mosul, Fallujah dan Tikrit, dimana mematahkan cengkeraman ekstremis lebih sulit dan risiko kematian warga sipil lebih tinggi.
Sementara itu, dengan percaya diri, para pejuang ISIS menangkap 30 tentara Irak dalam truk melewati jalanan Fallujah pada Selasa, hanya beberapa jam setelah serangan koalisi menhantam perbatasan di Suriah.
"Jika Anda berada di kota, penduduk dapat menjadi pelindung," ujar Michael Knights, seorang ahli Irak dari Washington Institute for Near East Studies.
Masalahnya adalah jika warga bergerak menjauh dari kelompok tersebut atau kehilangan rasa takut atas mereka, ujarnya.
"Maka populasi kota yang tinggi menjadi tempat yang berbahaya; ada jutaan mata, jutaan informan, jutaan orang yang dapat menggunakan senjata AK-47."
Seorang aktivis yang menolak disebut namanya karena takut pembalasan dendam, mengatakan harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mematahkan simpati mereka terhadap ISIS. (AP)