Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

Shanghai, Tokyo, New York, Houston Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia

Kilang minyak CHS di McPherson, Kan., pada 28 September 2024. (Charlie Riedel/AP)
Kilang minyak CHS di McPherson, Kan., pada 28 September 2024. (Charlie Riedel/AP)

Kota-kota di Asia dan Amerika Serikat mengeluarkan gas yang paling memerangkap panas yang memicu perubahan iklim, dan Shanghai sebagai kota paling berpolusi, menurut data baru yang menggabungkan pengamatan dan kecerdasan buatan.

Tujuh negara bagian atau provinsi mengeluarkan lebih dari 1 miliar metrik ton gas rumah kaca, semuanya di China, kecuali Texas, yang berada di peringkat keenam, menurut data baru dari sebuah organisasi yang didirikan bersama oleh mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore dan dirilis pada Jumat (15/11)di perundingan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Baku, Azerbaijan.

Negara-negara di perundingan tersebut mencoba menetapkan target baru untuk memangkas emisi tersebut dan mencari tahu berapa banyak negara kaya akan membayar untuk membantu dunia dengan tugas itu.

Dengan menggunakan satelit dan pengamatan darat, yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan untuk mengisi kekosongan, Climate Trace berupaya mengukur karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida yang memerangkap panas, serta polutan udara tradisional lainnya di seluruh dunia, termasuk untuk pertama kalinya di lebih dari 9.000 wilayah perkotaan.

Total polusi karbon dioksida dan metana di Bumi meningkat 0,7 persen menjadi 61,2 miliar metrik ton dengan metana yang berumur pendek tetapi sangat kuat meningkat 0,2 persen. Angka-angka tersebut lebih tinggi daripada kumpulan data lainnya "karena kami memiliki cakupan yang sangat komprehensif dan kami telah mengamati lebih banyak emisi di lebih banyak sektor daripada yang biasanya tersedia," kata Gavin McCormick, salah satu pendiri Climate Trace.

Banyak kota besar yang mengeluarkan emisi jauh lebih banyak daripada beberapa negara

Gas rumah kaca Shanghai mencapai 256 juta ton mengungguli semua kota dan melampaui negara-negara Kolombia atau Norwegia. 250 juta metrik ton Tokyo akan berada di peringkat 40 negara teratas jika kota itu adalah sebuah negara, sementara 160 juta metrik ton Kota New York dan 150 juta metrik ton Houston akan berada di peringkat 50 teratas emisi di seluruh negeri. Seoul, Korea Selatan, berada di peringkat kelima di antara kota-kota dengan 142 juta metrik ton.

"Salah satu lokasi di Cekungan Permian di Texas sejauh ini merupakan lokasi dengan polusi terburuk No. 1 di seluruh dunia," kata Gore. "Dan mungkin saya seharusnya tidak terkejut dengan hal itu, tetapi saya memikirkan betapa kotornya beberapa lokasi ini di Rusia dan Cina dan sebagainya. Namun Cekungan Permian mengalahkan semuanya."

FILE - Pumpjack di ladang milo, dekat Hays, Kan., 30 September 2024. (Charlie Riedel/AP)
FILE - Pumpjack di ladang milo, dekat Hays, Kan., 30 September 2024. (Charlie Riedel/AP)

Dalam hal negara bagian dan provinsi, tujuh di antaranya mengeluarkan lebih dari 1 miliar metrik ton polusi karbon. Shandong, China memimpin dengan 1,28 miliar metrik ton. Kota-kota yang menghasikan polusi miliaran ton lainnya adalah Hebei, Shanxi, Mongolia Dalam, Jiangsu, dan Guangdong, semuanya di China, dan Texas.

Negara mana yang meningkat, dan mana yang menurun

China, India, Iran, Indonesia, dan Rusia mengalami peningkatan emisi terbesar dari 2022 hingga 2023, sementara Venezuela, Jepang, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat mengalami penurunan polusi terbesar.

Kumpulan data yang dikelola oleh para ilmuwan dan analis dari berbagai kelompok, juga mengamati polutan tradisional seperti karbon monoksida, senyawa organik yang mudah menguap, amonia, sulfur dioksida, dan bahan kimia lain yang terkait dengan udara kotor. Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan kedua jenis polusi tersebut, kata Gore.

Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan kedua jenis polusi tersebut, kata Gore, dan mencatat jutaan orang yang meninggal di seluruh dunia setiap tahun akibat polusi udara.

Ini "mewakili ancaman kesehatan terbesar yang dihadapi umat manusia," kata Gore.

Gore mengkritik penyelenggaraan pembicaraan iklim, yang disebut COP, oleh Azerbaijan, negara minyak dan lokasi sumur minyak pertama di dunia, dan oleh Uni Emirat Arab tahun lalu.

"Sangat disayangkan bahwa industri bahan bakar fosil dan negara-negara penghasil minyak telah mengambil alih kendali proses COP hingga ke tingkat yang tidak sehat," kata Gore.

"Tahun depan di Brazil, kita akan melihat perubahan dalam pola itu. Namun, Anda tahu, tidak baik bagi masyarakat dunia untuk memberikan industri pencemar No. 1 di dunia kendali sebanyak itu atas seluruh proses."

Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva telah menyerukan agar lebih banyak yang dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim dan telah berupaya memperlambat penggundulan hutan sejak kembali untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden. Namun, Brasil tahun lalu menghasilkan lebih banyak minyak daripada Azerbaijan dan Uni Emirat Arab, menurut Badan Informasi Energi Amerika Serikat. [es/ft]

See all News Updates of the Day

Atol di Samudera Pasifik Hadapi Risiko Akibat Naiknya Permukaan Laut

Atol Tarawa di Kiribati, Samudra Pasifik terancam akibat kenaikan permukaan air laut setiap tahun akibat perubahan iklim (foto: dok).
Atol Tarawa di Kiribati, Samudra Pasifik terancam akibat kenaikan permukaan air laut setiap tahun akibat perubahan iklim (foto: dok).

Sebuah studi oleh Bank Dunia pada hari Kamis (14/11) mengatakan tindakan mendesak diperlukan untuk mengatasi naiknya permukaan laut di pulau-pulau atol Pasifik di Kiribati, Kepulauan Marshall, dan Tuvalu, yang berdasarkan proyeksi saat ini dapat tenggelam 50% hingga 80% dalam 50 tahun ke depan.

Laporan Iklim dan Pembangunan Negara-negara Atol Pasifik Bank Dunia mengatakan negara-negara dataran rendah dan sekitar 200.000 orang yang tinggal di negara-negara itu menghadapi beberapa ancaman eksistensial paling parah dari perubahan iklim di wilayah mana pun di dunia.

Studi tersebut mengutip proyeksi kenaikan permukaan laut hingga setengah meter pada paruh terakhir abad ini dan menunjukkan 50% hingga 80% wilayah perkotaan utama di negara-negara tersebut dapat terendam air.

Kawasan ini sudah mengalami kerugian tahunan akibat peristiwa iklim seperti badai yang lebih sering terjadi dan lebih kuat yang setara dengan 7% dari total output ekonomi (nilai seluruh hasil penjualan barang dan jasa) di Tuvalu, dan 3% hingga 4% dari output ekonomi di Kepulauan Marshall dan Kiribati diproyeksikan akan meningkat.

Bank Dunia mengatakan bahwa tanpa tindakan global dan lokal yang mendesak, peristiwa iklim yang terjadi satu kali dalam 20 tahun di Tuvalu dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian yang setara dengan 50% dari output tahunan saat ini pada tahun 2050.

Studi tersebut memberikan rekomendasi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk negara-negara kepulauan tersebut. Saran jangka pendek dan menengah mencakup investasi dalam konstruksi berkelanjutan untuk melindungi sumber daya air tawar, perikanan, dan pasokan energi, di antara infrastruktur penting lainnya.

Saran jangka panjang studi tersebut mencakup investasi dalam pendidikan, kerangka hukum dan peraturan, pembangunan ekonomi, dan ketahanan iklim.

Studi tersebut juga meminta komunitas donor internasional untuk memberikan kontribusi kepada negara-negara atol Pasifik, yang masih menghadapi kesenjangan pendanaan iklim yang signifikan.

Bank Dunia menerbitkan laporan diagnostik iklim dan pembangunan negara-negara (Country Climate and Development Reports/CCDR), yang memadukan pertimbangan perubahan iklim dan pembangunan serta menyarankan tindakan konkret yang dapat diambil negara bersangkutan untuk mengurangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Bank Dunia telah menyelesaikan lebih dari 45 CCDR di seluruh dunia hingga Oktober 2024. [lt/ab]

Protes atas Bahan Bakar Fosil dan Perang Israel-Hamas Warnai KTT Iklim PBB

Seorang aktivis memegang tanda bertuliskan "tak ada keadilan iklim dengan darah di tanah kami" di KTT Iklim PBB COP29, di Baku, Azerbaijan, Kamis, 14 November 2024.
Seorang aktivis memegang tanda bertuliskan "tak ada keadilan iklim dengan darah di tanah kami" di KTT Iklim PBB COP29, di Baku, Azerbaijan, Kamis, 14 November 2024.

Protes terjadi di sela-sela perundingan iklim PBB di Baku, Azerbaijan, Kamis (14/11).

Para aktivis menggelar protes terhadap penggunaan bahan bakar fosil dan pasar karbon, sementara protes lainnya menyerukan diakhirinya perang Israel-Hamas.

“Daripada berbicara tentang pasar karbon, kompensasi ini itu, mengapa tidak berbicara tentang bagaimana kita menjaga bahan bakar fosil tetap berada di dalam tanah, bagaimana kita menjaga bahan bakar fosil – minyak, gas, batu bara – tetap berada di dalam tanah?,” ujar seorang demonstran.

Konferensi Tingkat Tinggi yang dikenal sebagai COP29 tahun ini telah mempertemukan para pemimpin dunia untuk membahas berbagai cara untuk membatasi dan beradaptasi dengan krisis iklim.

Setelah hampir satu dekade negosiasi, para pemimpin selama hari pertama konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ini memutuskan beberapa poin penting dari titik kritis yang banyak diperdebatkan yang bertujuan untuk memangkas emisi pemanasan planet dari batu bara, minyak, dan gas.


Dikenal sebagai Pasal 6, pasal ini ditetapkan sebagai bagian dari Perjanjian Paris 2015 untuk membantu negara-negara bekerja sama mengurangi polusi yang menyebabkan perubahan iklim.

Salah satu bagiannya adalah sistem kredit karbon, yang memungkinkan negara-negara melepaskan gas yang menyebabkan pemanasan global ke udara jika mereka mengimbangi emisi di tempat lain.

Namun, pengesahan Pasal 6 pada Senin malam dikecam oleh kelompok keadilan iklim, yang mengatakan bahwa pasar karbon memungkinkan pencemar utama terus mengeluarkan emisi dengan mengorbankan masyarakat dan lingkungan.

Para ilmuwan sepakat bahwa pemanasan atmosfer yang terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia memicu kekeringan, banjir, badai, dan panas yang lebih banyak menimbulkan banyak korban dan semakin parah. [lt/ab]

Pasca Banjir Dahsyat, Kota Valencia Berjuang Memulai Kembali Sekolah

Ruang kelas di Sekolah Juan XXIII, di Catarroja, Valencia, Spanyol, rusak akibat banjir, 11 November 2024. (Eva Manez/REUTERS)
Ruang kelas di Sekolah Juan XXIII, di Catarroja, Valencia, Spanyol, rusak akibat banjir, 11 November 2024. (Eva Manez/REUTERS)

Ribuan siswa di kawasan Valencia, di timur Spanyol, kembali ke sekolah hari Senin (11/11), dua minggu setelah banjir dahsyat menewaskan lebih dari 200 orang dan meluluhlantakkan kota-kota di daerah itu.

Kontroversi soal penanganan banjir yang dilakukan pemerintah regional masih terus bergulir, dan sebuah serikat guru menuduh pemerintah terlalu membesar-besarkan jumlah siswa yang kembali dan menyerahkan tugas pembersihan kepada guru dan siswa.

Dua puluh tiga orang masih hilang di wilayah Valencia setelah hujan lebat menyebabkan sungai meluap dan gelombang air berlumpur melewati pinggiran kota yang padat penduduknya, menenggelamkan orang-orang di dalam mobil dan tempat parkir bawah tanah, serta merobohkan rumah-rumah.

Departemen Pendidikan di wilayah itu mengatakan 47 sekolah yang menampung lebih dari 22.000 anak di 14 kota yang terkena dampak dibuka kembali pada hari Senin. Minggu lalu diperkirakan sekitar 70 persen siswa di daerah yang terkena dampak paling parah akan kembali bersekolah awal pekan ini.

Peralatan kebersihan di taman bermain sekolah Juan XXII, yang diperkirakan akan dibuka dalam beberapa hari ke depan setelah hujan lebat yang memicu banjir besar di Catarroja, Valencia, Spanyol, 11 November 2024. (Eva Manez/REUTERS)
Peralatan kebersihan di taman bermain sekolah Juan XXII, yang diperkirakan akan dibuka dalam beberapa hari ke depan setelah hujan lebat yang memicu banjir besar di Catarroja, Valencia, Spanyol, 11 November 2024. (Eva Manez/REUTERS)

Sampaikan Keprihatinan, Serikat Guru: “Guru dan Ortu Harus Bersihkan Sekolah Sendiri”

Namun serikat guru regional STEPV mengatakan mereka yakin jumlah guru yang kembali pada hari Senin lebih rendah, tanpa memberikan angka alternatif. Juru bicara STEPV, Marc Candela, mengatakan banyak sekolah belum siap untuk melanjutkan pembelajaran, dan menambahkan bahwa “guru dan orang tua yang justru membersihkan sekolah dengan peralatan mereka sendiri, seperti sapu.”

Para guru menginginkan petugas kebersihan profesional yang membersihkan fasilitas-fasilitas pendidikan, seperti yang dilakukan selama pandemi COVID-19, katanya.

Para orang tua juga khawatir dengan keadaan emosi anak-anak mereka. Berbicara pada Reuters, Ketua Federasi Asosiasi Orang Tua (FAMPA), Ruben Pacheco, mengatakan “keluarga-keluarga kelelahan, menderita secara psikologis, dan tidak ada yang boleh diputuskan tanpa berkonsultasi dengan mereka agar tidak menimbulkan lebih banyak ketidaknyamanan daripada yang telah mereka derita.”

Candela mengatakan departemennya telah mengadakan kursus daring untuk para guru minggu lalu dengan rekomendasi perawatan psikologis, namun belum mengirimkan konselor tambahan. [em/ab]

Presiden Azerbaijan di KTT Iklim: Minyak dan Gas 'Karunia Tuhan'

Pejalan kaki berjalan di depan lokasi KTT Iklim 29 di Baku pada 10 November 2024. (Foto: AFP)
Pejalan kaki berjalan di depan lokasi KTT Iklim 29 di Baku pada 10 November 2024. (Foto: AFP)

Azerbaijan memiliki tujuh miliar barel cadangan minyak terbukti dan merupakan salah satu tempat pertama di dunia yang memulai produksi minyak secara komersial.

Presiden Azerbaijan, Selasa (12/11), menegaskan kembali bahwa minyak, gas, dan sumber daya alam lainnya merupakan "karunia Tuhan." Hal itu diungkapkan saat berbicara pada KTT Iklim PBB (COP29) di Baku, Azerbaijan.

Ilham Aliyev menegaskan bahwa suatu negara tidak seharusnya dinilai hanya berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki dan cara mereka menggunakannya. Ia mengeluarkan pernyataan tersebut sebagai pembelaan terhadap apa yang disebutnya sebagai "berita palsu" dan "kampanye fitnah serta pemerasan yang terkoordinasi" yang berkaitan dengan isu energi.

"Kutip saya bahwa saya mengatakan ini adalah karunia Tuhan, dan saya ingin mengulanginya hari ini di hadapan audiens ini," ujarnya kepada para delegasi KTT Iklim.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev berpidato pada Upacara Pembukaan KTT Iklim di Baku, Azerbaijan, 12 November 2024. (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev berpidato pada Upacara Pembukaan KTT Iklim di Baku, Azerbaijan, 12 November 2024. (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)

"Minyak, gas, angin, matahari, emas, perak, tembaga, semuanya... adalah sumber daya alam, dan negara tidak boleh disalahkan karena memilikinya, serta tidak boleh disalahkan karena menyalurkan sumber daya ini ke pasar, karena pasar membutuhkannya,” ujarnya.

"Orang-orang membutuhkannya."

Azerbaijan memiliki tujuh miliar barel cadangan minyak terbukti dan merupakan salah satu tempat pertama di dunia yang memulai produksi minyak secara komersial.

Sejak meraih kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991, Azerbaijan telah memproduksi 1,05 miliar ton minyak dan berencana meningkatkan produksi gas alamnya lebih dari sepertiga dalam dekade mendatang.

Pendapatan dari produksi minyak dan gas mencapai sekitar 35 persen dari PDB negara tersebut dan hampir setengah dari anggaran belanja negara.

Sekitar 75 persen ekspor energi Azerbaijan ditujukan ke pasar Eropa.

Pada 2022, Komisi Eropa menandatangani kesepakatan dengan Baku untuk menggandakan volume impor gas dari Azerbaijan, dengan tujuan mengurangi ketergantungan Eropa pada gas Rusia, sebuah kesepakatan yang dibela Presiden Aliyev dalam pidatonya.

"Itu bukan ide kami," katanya.

"Mereka meminta kami untuk membantu, dan kami mengatakan oke, kami akan membantu Eropa dalam hal keamanan energi,” tukasnya. [ah/rs]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG