Sidang pertama atas Salah Abdeslam yang dicurigai sebagai penyerang utama di Paris, digelar di Brussels hari Senin (5/2), dengan pengamanan ketat dan ruang sidang yang padat.
Abdeslam, pria berjenggot usia 28 tahun, mengenakan sweater putih dan tanpa borgol, dikelilingi oleh petugas keamanan bertopeng dan berpakaian hitam seluruhnya, menurut laporan wartawan yang hadir di ruang sidang. Dia menolak untuk berdiri ketika hakim memintanya, atau memperkenalkan dirinya sendiri. Temannya sesama terdakwa, Sofien Ayari, 24 tahun kelahiran Tunisia, juga hadir.
Sidang empat hari itu tidak secara langsung mengenai serangan November 2015, yang menewaskan 130 orang di sekitar Paris, di mana Abdeslam diyakini sebagai satu-satunya penyerang yang masih hidup, tapi sehubungan dengan tembak-menembak dengan polisi ketika ia dalam pelarian. Tapi sidang itu sangat diperhatikan , dengan harapan dapat memberi informasi tentang kaitannya dengan jaringan dan peristiwa yang menghubungkan serangan Paris dengan serangan Maret 2016 di bandara dan metro Brussel.
"Apakah dia akan mengatakan sesuatu lebih dari yang telah dia katakan?" tanya Rik Coolsaet, seorang pakar teroris dan anggota senior di Egmont Institute, sebuah kelompok penelitian yang berkantor di Brussels. "Jika tidak, saya khawatir persidangan tidak akan mengungkapkan hal-hal lebih jelas tentang keterlibatannya baik di Brussels maupun dalam serangan bulan November di Paris."
Baik Abdeslam dan Ayari menghadapi tuduhan percobaan pembunuhan, sehubungan dengan tembak-menembak 16 Maret yang terjadi beberapa hari sebelum Abdeslam ditangkap setelah berbulan-bulan melarikan diri, dan beberapa hari sebelum serangan teroris di Brussels. [ps/ii]