Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Metehsa Purba menyebut ribuan hektare kebun milik masyarakat di beberapa wilayah seperti Kecamatan Merdeka, Naman Teran, Berastagi, dan Dolat Rayat mengalami kerusakan sedang hingga berat akibat hujan abu vulkanis dari erupsi Gunung Sinabung.
Tercatat laporan kerusakan pertanaman terdampak erupsi Gunung Sinabung mencapai 1.483 hektare.
"Yang terdampak itu sampai saat ini ada sekira lebih dari 900 hektare. Paling parah Kecamatan Naman Teran. Ada juga Kecamatan Simpang Empat, dan Berastagi, tapi tidak terlalu parah," kata Metehsa kepada VOA, Senin (10/8).
Lanjutnya, abu vulkanis dari erupsi Gunung Sinabung juga membuat ribuan hektare kebun warga yang sebagian besar ditanami sayur-mayur terancam gagal panen.
Kabupaten Karo adalah salah satu pemasok sayur-mayur dan buah-buahan terbesar di Sumut. Wilayah itu merupakan produsen komoditi seperti kentang, kubis, cabai, tomat, petsai, dan kol bunga untuk Sumut.
"Yang jelas produktivitasnya menurun karena kerusakannya sampai 85 persen," ungkapnya.
Sementara itu, erupsi Gunung Sinabung terjadi dua kali dalam periode pengamatan pada Senin (10/8), yang berlangsung dari pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB. Petugas Pos Pengamatan Gunung Sinabung, Muhammad Nurul Asrori, tinggi kolom abu dalam erupsi dengan dua kali letusan itu mencapai 2.000 sampai 5.000 meter.
"Untuk pagi ini kembali terjadi erupsi Gunung Sinabung pukul 10.16 WIB (erupsi pertama) dengan ketinggian kolom kurang lebih 5.000 meter dari puncak. Arah angin ke arah timur tenggara tepatnya ke arah Berastagi," jelas Asrori saat dihubungi VOA.
"Saat ini puncak Gunung Sinabung tertutup kabut," tambahnya.
Kendati beberapa hari terakhir aktivitas Gunung Sinabung mengalami peningkatan. Namun, status dari gunung api tertinggi di Sumut itu masih berada di level tiga atau siaga.
"Untuk menaikkan status rekomendasi sekiranya itu kebijakan dari para atasan. Sedangkan untuk status saat ini masih dalam status siaga," ujarnya.
Dengan meningkatnya aktivitas Gunung Sinabung, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan pada desa-desa yang sudah direlokasi. Begitu pun dengan lokasi di dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Sinabung dan radius lima kilometer untuk sektor selatan-timur, serta empat kilometer sektor timur-utara.
Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
"Selalu waspada apabila terjadi hujan lebat di sekitaran Gunung Sinabung karena berpotensi terjadi banjir lahar (dingin) dari Gunung Sinabung," imbau Asrori. [aa/ft]