Inti sengketa itu adalah bagaimana pendapatan dari eksplorasi minyak dan gas itu dibagi antara Siprus Yunani, yang menguasai pemerintahan yang diakui internasional, dan Siprus Turki di utara.
Turki, yang mendukung Siprus Turki, keberatan dengan rencana pengeboran itu dan mengatakan akan mengambil tindakan apabila eksplorasi itu terus dilanjutkan sebelum adanya penyelesaian atas masalah perpecahan Siprus yang telah berlangsung 37 tahun itu.
Turki mengklaim bahwa penyelesaian damai antara kedua bagian Siprus adalah satu-satunya jalan yang bisa menjamin masyarakat Siprus Turki punya andil dalam sumber-sumber alam yang ditemukan.
Pemerintah Siprus Yunani menandatangani kontrak bagi hasil dengan perusahaan Amerika Noble Energy dalam melakukan kegiatan eksplorasi di zona ekonomi seluas 324.000 hektar di lepas pantai tenggara negeri itu yang berbatasan dengan perairan Israel di mana ditemukan ladang gas besar di dasar laut.
Solon Kassinis, direktur Badan Energi Siprus, mengatakan semua langkah yang diambil sesuai dengan hukum internasional.
“Kami bertindak sesuai dengan perjanjian dengan perusahaan Nobel dan pengeboran akan dimulai tanggal 1 Oktober. Perusahaan Nobel akan mulai melakukan pengeboran untuk melihat apa yang ada di sana,” ujarnya.
Solon Kassinis juga menampik klaim bahwa Siprus Yunani akan memonopoli pendapatan dari gas dan minyak yang ditemukan di dasar laut.
Ia mengatakan, “Kami sedang mengevaluasi apa yang akan terjadi apabila kami menemukan minyak. Saya pastikan, hal ini harus dipertimbangkan secara serius, dan kami bukan hanya mempertimbangkan kepentingan generasi warga Siprus saat ini, yaitu semua warga Siprus Yunani, Siprus Turki, dan banyak warga lainnya yang tinggal di sini secara sah, tetapi juga kepentingan generasi mendatang.”
Pulau Siprus terpecah akibat invasi Turki tahun 1974 yang dipicu oleh kudeta yang didukung Yunani. Warga Siprus Turki tinggal di utara dan warga Siprus Yunani di selatan.
Sebagian analis mengatakan eksplorasi minyak dan gas akan menambah tekanan terhadap upaya yang sedang berlangsung untuk menyatukan kembali pulau itu yang telah macet selama tiga tahun.