Sebuah sekolah kedokteran di Tokyo, Selasa (7/8), minta maaf setelah penyelidikan internal menguatkan terjadinya manipulasi hasil ujian masuk untuk membatasi jumlah siswa perempuan, kantor berita Associated Press melaporkan.
Tokyo Medical University telah mengubah hasil ujian masuk para siswa perempuan sejak 2006, atau mungkin juga sebelumnya, menurut temuan yang dirilis oleh para pengacara yang terlibat dalam penyelidikan itu.
Universitas itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa manipulasi hasil ujian masuk itu tidak akan terjadi lagi di masa depan, dan sedang mempertimbangkan kemungkinan memanggil calon-calon yang seharusnya lulus ujian masuk itu. Laporan pers Jepang mengatakan skandal manipulasi itu telah mengurangi sedikitnya 10 persen calon mahasiswa perempuan setiap tahunnya.
Manipulasi itu terungkap ketika diadakan penyelidikan tentang putra seorang pejabat tinggi Kementerian Pendidikan yang masuk universitas itu “lewat pintu belakang.” Anak pejabat itu diterima dengan imbalan universitas mendapat dana riset dari Kementerian Pendidikan. Pejabat tinggi kementerian dan pimpinan universitas yang bersangkutan telah dituduh terlibat penyogokan.
Manipulasi ujian masuk itu, katanya, diadakan karena dokter perempuan biasanya tidak akan menekuni bidang itu setelah berkeluarga dan punya anak.
Perempuan Jepang dianggap merupakan sebagian dari perempuan paling terdidik di dunia. Hampir 50 persen dari mereka punya ijazah sekolah tinggi, tapi sekitar 70 persen, menurut laporan pers, keluar dari pekerjaan sebagai dokter karena mereka harus mengurus anak mereka sendiri.
Di Jepang, perempuan juga diharapkan melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga termasuk mengurus anggota keluarga yang sudah tua. [ii]