Hasil survei terbaru lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan bahwa dukungan pada Partai NasDem mengalami kenaikan usai mempertimbangkan Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres 2024. Hasil survei itu dilakukan pada 5 hingga 13 Agustus 2022 terhadap 1.053 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error 3,1 persen.
"Kami melihat ada perubahan dukungan dari massa pemilih capres kepada NasDem pada Anies berubah dari 3,8 persen pada survei tahun lalu di Mei 2021. Kemudian, pada survei Agustus 2022 massa pemilih Anies yang mendukung NasDem naik menjadi 8,1 persen," kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani, Kamis (6/10).
Pencalonan Anies sebagai capres di Pilpres 2024 juga berdampak terhadap perubahan wajah pemilih NasDem. Misalnya, pemilih NasDem dari kelompok non-Muslim mengalami penurunan pada Agustus 2022. Dalam survei SMRC menunjukkan ada penurunan dukungan dari pemilih non-Muslim kepada NasDem merosot dari 6,8 persen menjadi 2,5 persen.
Sementara belum terlihat ada penguatan dukungan signifikan untuk NasDem dari kelompok pemilih Muslim pada periode yang sama.
"Sementara pada pemilih Muslim belum banyak berubah dari 3,3 persen menjadi 3,7 persen di Agustus 2022. Menurunnya pemilih non-Muslim kepada NasDem berbanding terbalik dengan menguatnya dukungan pendukung Anies kepada partai tersebut," ungkap Deni.
Pengamat: Pencalonan Anies Beri Manfaat Berimbang
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai pencalonan Anies dari NasDem memberikan keuntungan kedua pihak. Pasalnya, Anies belum memiliki kendaraan partai politik untuk maju dalam Pilpres 2024. Kini, hal itu telah terealisasi usai NasDem resmi mengusungnya sebagai capres untuk Pilpres 2024. Meskipun NasDem harus mencari partai lain untuk berkoalisi demi memenuhi syarat pencalonan Anies sebagai capres.
"Di saat yang sama NasDem juga butuh Anies. Pasalnya, NasDem tidak punya kader internal yang potensial untuk diusung menjadi capres. Makanya Anies yang dianggap sebagai figur cocok berpotensi untuk menang dan bisa membawa efek elektabilitas bagi NasDem," kata Ujang kepada VOA.
Menurut Ujang, NasDem telah mengalkulasikan secara matang jika mengusung Anies maka akan mendapatkan efek elektoral yang bagus bagi partainya. Apalagi pengumuman NasDem untuk mengusung Anies yang dinilai banyak pihak terlalu dini malah merupakan hal positif bagi partai tersebut.
"Kenapa positif? Ketika partai lain tidak berani mengusung capres sejak dini tapi NasDem membuka ruang kepada publik untuk menilai dan mengkritik Anies. Karena sudah diusung menjadi capres, publik berhak untuk bertanya terkait dengan visi, program, track record, kekurangan, dan kelebihan Anies sudah bisa dinilai oleh rakyat. Itu yang positif," ujarnya.
Risiko Mengusung Anies Sejak Dini
Kendati demikian, ada beberapa risiko yang akan dihadapi NasDem ketika mengusung Anies sejak dini. Salah satunya adalah upaya untuk menjegal Anies maju dalam Pilpres 2024.
"Ketika NasDem mengusung sejak dini maka sejatinya sejak saat itu sudah dimulai adanya pembusukan dan penjegalan terhadap Anies. Itu risiko yang harus ditanggung ketika mengusung Anies sejak dini," tandas Ujang.
Risiko lain menurut pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago adalah membuat NasDem ditinggal oleh pemilihnya, terutama dari wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Manado. Pasalnya, pemilih NasDem di wilayah Indonesia bagian timur lebih signifikan memilih Ganjar Pranowo sebagai capres dari partai tersebut seperti hasil temuan beberapa lembaga survei.
"Ada potensi NasDem melakukan penetrasi melebarkan wilayah basis pemilihnya. Pemilih partai akan migrasi memilih Nasdem apabila nantinya terbukti pengaruh efek Anies menguat," katanya kepada VOA. [aa/em]
Forum