Tautan-tautan Akses

Studi: Tidak Ada Bukti Facebook Membahayakan Kesejahteraan  


El modo de carga en de la aplicación Facebook en la pantalla de un teléfono móvil. Reuters.
El modo de carga en de la aplicación Facebook en la pantalla de un teléfono móvil. Reuters.

Studi independen ilmiah terbesar mendapati “tidak ada bukti” bahwa perkembangan penggunaan Facebook mengakibatkan “kerugian psikologis yang meluas. Hasil studi mengenai dampak penggunaan Facebook, yang dirilis pada Rabu (9/8), berlawanan dengan sejumlah analisis dan persepsi yang berkembang luas sebelumnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Internet Universitas Oxford malah mendapati “korelasi positif” antar penggunaan platform media sosial dan indikator-indikator kesejahteraan. Studi tersebut adalah hasil analisis data dari hampir satu juta orang yang tersebar di 72 negara selama 12 tahun.

Para periset menggabungkan antara data kesejahteraan yang dikumpulkan oleh Gallup dengan statistik keanggotaan global milik Facebook untuk menilai bagaimana keterlibatan para pengguna dengan situs itu terkait dengan tiga indikator, yaitu kepuasan hidup, dan pengalaman-pengalam psikologi negatif serta positif.

Facebook menyediakan data yang sudah diperiksa keakuratannya oleh para penelitinya. Namun, menurut tim Oxford, perusahaan jejaring sosial itu tidak menugaskan, mendanai, atau memengaruhi desain penelitian, atau mengetahui temuan sebelumnya.

Makalah mereka juga sudah melalui penelahaan sejawat oleh jurnal Royal Society Open Science.

Logo Facebook tampak di sebuah layar ponsel dengan latar sejumlah koran Australia di Canberra, Australia, 18 Februari 2021. (Foto: Reuters)
Logo Facebook tampak di sebuah layar ponsel dengan latar sejumlah koran Australia di Canberra, Australia, 18 Februari 2021. (Foto: Reuters)

Andrew Przybylski, profesor perilaku manusia dan teknologi di Universitas Oxford mengatakan, mereka “meneliti data terbaik yang tersedia dengan hati-hati – dan menemukan data tersebut tidak mendukung ide bahwa keanggotaan Facebook terkait dengan hal-hal yang membahayakan."

“Malah sebaliknya,” imbuh Andrew. “Malah, analisis kami mengindikasikan Facebook kemungkinan membawa hal-hal positif terkait kesejahteraan.”

Namun, Andrew juga mencatat bahwa “hal ini bukan untuk mengatakan bahwa Facebook baik untuk kesejahteraan pengguna.”

Para peneliti pada proyek tersebut bekerja selama lebih dari dua tahun untuk mendapatkan data kunci dari Facebook yang melaporkan memiliki pengguna hampir tiga miliar di seluruh dunia. Para peneliti tersebut memulai penelitian sebelum pandemi.

Namun, tim memusatkan pada penetrasi internasional platform itu dari 2008 hingga 2019 dengan menggabungkan respons tentang kesejahteraan dari periode yang sama oleh 946.798 individu sebagai bagian dari Survei Jajak Pendapat Dunia Gallup.

Rekanan riset dan salah satu penulis studi tersebut, Matti Vuorre, mengatakan bahwa pendekatan itu belum pernah dilakukan tentang menganalisis media sosial. Temuannya “bisa membantu memberi panduan dalam perdebatan seputar media sosial menjadi lebih memiliki dasar-dasar riset empiris.

Seorang anak menunjukkan cara menggunakan Facebook kepada ibunya di Dhaka, Bangladesh. (Foto: S.M. Ashfaque/VOA)
Seorang anak menunjukkan cara menggunakan Facebook kepada ibunya di Dhaka, Bangladesh. (Foto: S.M. Ashfaque/VOA)

Hasil-hasil itu kontras dengan kajian-kajian sebelumnya, termasuk dua analisis akademik terpisah tahun lalu yang mendapati bahwa Facebook membawa dampak negatif bagi kesehatan mental para mahasiswa di Amerika Serikat (AS).

Pada 2021, mantan teknisi Facebook, Frances Haugen, membocorkan lebih dari 20 ribu halaman dokumen internal yang mengindikasikan bahwa perusahaan itu mendahulukan keuntungan dibanding keselamatan. Hal tersebut memicu AS untuk mendorong kembali pembuatan regulasi.

Hampir 200 distrik sekolah di AS sudah bergabung dalam upaya gugatan hukum terhadap perusahaan-perusahaan teknologi raksasa, yang dituding membahayakan mental, depresi dan kecemasan di kalangan pelajar.

Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, sudah membantah klaim-klaim tersebut. Pendiri Meta, Mark Zuckerberg menduga ada “upaya terkoordinasi untuk secara selektif menggunakan dokumen-dokumen yang dibocorkan untuk memberi gambaran yang salah.” [ft/ah]

Forum

XS
SM
MD
LG